PERAWAT RAMAH PASIEN SENANG

Setiap kali berpapasa dengan suster-suster berseragam violet muda di Rumah Sakit Aloei Saboe, senyum manis dari perawat itu menjadi satu hal yang selalu dinantikan mereka yang datang ke rumah sakit ini. Begitu menariknya fenomena senyum ini, hingga Crew Inflamas mencoba menguak sedikit celah hidup seputar perawat-perawat RSAS.

Sumbang terdengar dari beberapa keluarga pasien yang merasakan tidak terlayani secara maksimal di rumah sakit ini. “Mengapa …. Rumah sakit sebesar ini mempekerjakan perawat judes, menyapa saja tidak apalagi tersenyum”
Itu merupakan segelintir kritikan yang dikeluarkan sejumlah pasien dan keluarga pasien yang pernah dirawat di Rumah Sakit Aloei Saboe. Memang terdengar menyakitkan namun kenyataanya memang seperti itu.
Saya sendiri pernah menyaksikan langsung kejadian yang tidak mengenakan tersebut. Di salah satu gedung rawat inap RSAS terbaring lemah seorang pasien yang terlihat berada pada kondisi yang sangat memerlukan bantuan dari perawat. Salah satu keluarga mencoba menghubungi perawat yang bertugas malam pada waktu itu, namun saying ternyata perawat yang bersangkutan sedang melaksanakan aktivitasnya yang lain (tidur pada waktu jam kerja). Tentu saja hal tersebut memicu kemarahan keluarga pasien, yang akhirnya melarikan pasien ke IRD. “Suami saya sudah sangat kesakitan menahan nyeri diperutnya, sementara perawatnya tidak kunjung datang” ujar istri pasien yang enggan disebutkan namanya. Sementara itu dokter jaga dan perawat yang bertugas di IRD hanya bisa geleng-geleng kepala setelah mendengar penjelasan dari keluarga korban.
 Contoh kejadian diatas sebenarnya sangat disayangkan terjadi. Namun dari peristiwa itu kita memperoleh satu pelajaran berharga. Dimana pelayanan terbaik kepada pasien adalah yang utama, apalagi Rumah Sakit Aloei Saboe telah menjadi Rumah Sakit Tipe B Non Pendidikan. Tetapi seburuk itukah sikap perawat di rumah sakit yang kita banggakan ini? Dimanakah senyum dari para srikandi kemanusiaan ini? Kita simak saja komentar langsung dari perawat-perawat ramah di RSAS ketika Inflamas melakukan feedback atas fenomena diatas yang kebetulan kali ini kepada perawat Instalasi Rawat Darurat (IRD), Iyam Tombokan.
“Perawat judes, tanpa senyum? Mungkin saya rasa tidak juga. Karena misalnya kami yang bertugas di IRD yang merupakan instalasi terdepan harus melakukan pelayanan cepat dan tepat. Hanya saja sering terjadi kesalahpahaman antar petugas dan keluarga korban. Misalnya ketika mereka panik, tentu saja mereka menginginkan penanganan secepatnya terhadap keluarga yang sakit tapi juga ingin melihat langsung penanganan yang diberikan dengan berupaya masuk dalam ruangan IRD. Ini tentu saja tidak dibolehkan, karena penaganan pasien seharusnya dalam kondisi ruang yang tenang dan tidak dalam kondisi tergesa-gesa atau panic. Nah, ketika perawat (kami.red) tidak membolehkan keluarga masuk, kadang mereka memaksa untuk masuk. Disinilah mungkin terjadi kesalahpahaman. Disatu sisi keluarga pasien ingin memperlihatkan sikap care-nya terhadap pasien dengan ingin menemani terus pasien yang akan dirawat, sementara disisi lain petugas harus bekerja tenang dan profesional tanpa ada gangguan agar penanganan terhadap pasien bisa berjalan baik, untuk itu keluarga dilarang masuk.
“Hal ini dapat kami pahami, siapa sih yang tak tak peduli kepada keluarganya yang sakit dan butuh pertolongan secepatnya. Hanya saja kami juga minta para keluarga pasien percaya dan yakin pada kami bahwa setelah diterima di IRD biarkan kami dan para medis bekerja. Dengan begitu kerjasama dan pengertian dari pihak keluarga pasien kami sangat harapkan. Jadi mungkin saja perawat kelihatan judes ketika keluarga pasien tidak mau memahami aturan yang ada. Tapi mudah-mudahan tidak terjadi lagi. Karena seiring dengan berkembanganya rumah sakit ini, maka sikap serta perilaku mengedepankan pelayanan prima telah menjadi prioritas bagi perawat disini. Jika tidak, maka pasien atau keluarga pasien bisa protes” jelas Iyam.

Jumat, 04 Juli 2008 di 03.24

0 Comments to "PERAWAT RAMAH PASIEN SENANG"

Posting Komentar