SUKA DUKA PETUGAS LOUNDRY

Bekerja sebagai petugas laundry di Rumah Sakit Aloei Saboe telah lama digelutinya sejak tahun 1985 silam. Pekerjaan yang banyak bersentuhan dengan air ini memerlukan fasilitas tubuh yang baik. Apalagi dua tahun belakangan ini dua mesin cuci yang mereka andalkan sudah tidak dapat dioperasionalkan, sehingga mencuci secara manual menjadi satu-satunya pilihan.
 
Namun ibu yang akrab disapa Ta Nena ini bersama stafnya tetap bekerja dengan penuh keikhlasan. “Apapun jenis pekerjaan yang kita geluti, jika dijalani dengan kesyukuran hati akan menjadi sesuatu yang bermakna, apalagi jerih payah ini diperuntukkan bagi keluarga”. Itulah ungkapan bijak yang dituturkannya kepada crew Inflamas RSAS saat menyempatkan diri berkunjung disela-sela kesibukannya di base camp bagian belakang. Mengabdi sejak tahun 1985 memberinya banyak pengalaman berharga. Tak banyak orang yang berminat untuk menggeluti pekerjaan ini, apalagi jika dihadapkan pada pakaian-pakaian operasi kotor dan berkuman. Namun hal tersebut tak menjadi sesuatu yang perlu dipermasalahkan, yang utama dalaha tanggung jawab dalam pekerjaan.
Selain itu sistim keselamatan kerja juga sudah diatur agar petugas tidak terkena penyakit atau tertular kuman dari bekas-bekas kain kotor yang dicuci. Meskipun sudah memiliki staf diloundry sebanayak 8 orang yang masing-masing lima orang  bertugas untuk mencuci kain, satu orang menyetrika dan satunya lagi menjahit keperluan rumah sakit, namun dengan jumlah staf tersebut Misna merasa masih kekurangan tenaga.
Betapa tidak, banyaknya kain yang harus dibersihkan, dikeringkan, disetrika, kemudian didistribusikan ke ruangan-ruangan RSAS bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Apalagi luas RSAS sekarang ini membaut jarak antar ruangan semakin berjauhan. “Kami berharap pihak Badan Pengelola dapat mempertimbangkan kembali memngenai kekurangan tenaga di laundry ini, kami masih memerlukan 2 orang tenaga, satu untuk mendistribusikan kembali pakaian bersih ke ruangan-ruangan dan yang satunya akan kami perbantukan pada tugas mencuci” ujarnya berharap. Selain itu lebih lanjut Misna berharap akan adanya pengadaan atau perbaikan mesin cuci mereka yang sudah tidak bisa diopersikan lagi bisa segera terealisasi. “Karena dengan begitu kami dapat bekerja seefisien mungkin dan dapat mengurangi resiko terinfeksi kuman penyakit dari pakaian-pakaian kotor yang kami bersihkan” jelasnya.
Namun demikian apa yang dilakukan oleh petugas laundry RSAS patut diberikan apresiasi, karena ketika ditanya apa yang paling membuat mereka bahagia dengan pekerjaan ini, tersirat dari raut muka yang penuh bangga “kami telah menjadi bagian dari usaha menolong manusia yang lain. Karena dengan peralatan dan kain yang bersih tentu saja petugas medis dan pasien akan merasa nyaman dan enak dirawat di rumah sakit ini” imbuhnya dengan senyum. (Eka)

Jumat, 04 Juli 2008 di 03.28

0 Comments to "SUKA DUKA PETUGAS LOUNDRY"

Posting Komentar