KUNJUNGAN MENKES RI DI RSAS

Menteri Kesehatan RI DR.dr. Siti Fadila Supari, Sp. JP pada kunjungan kerjanya ke Gorontalo 12 Agustus 2008 yang lalu dalam rangka mengikuti Rapat Kerja Kesehatan Daerah yang berlangsung di Hotel Qualiti Gorontalo. Dalam sambutannya ia banyak memuji keberhasilan pemerintah Fadel Muhammad dalam menenkan angka kemiskinan di Gorontalo yang tentu saja turut berimbas pada aspek kesehatan masyarakat. Sebagaimana tujuan utama Departemen Kesehatan untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Maka dari tujuan tersebut Departemen Kesehatan menargetkan pembangunan kesehatan utamanya menekan angka kematain ibu dan bayi, gizi kurang dan angka harapan hidup. Dan untuk mewujudkannya Departemen Kesehatan mempunyai arah kebijakan yang jelas yaitu mendekatkan akses kesehatan kepada masyarakat, dimana akses yang dimaksud adalah akses geografi, akses ilmu pengetahuan, akses ekonomi.
Dalam rangkaian kegiatan tersebut Siti Fadila Supari juga menandatangani beberapa prasasti diantaranya Prasasti Pemanfaatan Gedung Baru RSAS. Dalam sambutannya, Siti Fadila Supari nampaknya sangat menekankan perhatiannya pada masyarakat miskin.
Ibu hamil dan anak-anak adalah prioritas utama. Ibu yang sehat tentu akan melahirkan anak-anak yang sehat pula. Anak yang sehat akan menjadi generasi penerus bangsa sebagai senjata menuju Negara yang maju dan kuat.

Sabtu, 01 September 2007 di 06.03 , 0 Comments

MEMAHAMI SIKAP DENGAN SQ

Oleh : Indra Eka A. Amu
Pada umumnya orang tua saat ini, lebih menekankan kepada anak-anaknya yang masih duduk dibangku sekolah atau pada perguruan tinggi untuk bisa menjadi bintang di sekolahnya dan meraih IP tertinggi di kampusnya. Menurut pemahaman mereka kecerdasan otak itu sangatlah penting untuk kesuksesan anak mereka kelak. Mereka telah memfosir kerja otak anak mereka dengan memenuhi seluruh ruang waktu sang anak dengan berbagai macam les-les privat atau sejenisnya demi mencapai masa depan yang gemilang. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, apakah benar kecerdasan intelektual itu adalah satu-satunya penunjang kesuksesan seseorang?
Sebagai coantoh kasus Fahri yang meraih IP tertinggi akhirnya diterima bekerja pada sebuah perusahaan ternama. Dia memang mempunyai kemampuan intelektual yang tinggi, selalu melahirkan ide-ide cemerlang. Tetapi ruang lingkup tempat ia bekerja, menuntutnya untuk dapat bekerja sama degan baik bersama tim kerjanya. Namun pada kenyataanya, teman-teman sesame rekan kerjanya merasa ada sesuatu hal yang mengganjal, bahwasanya sang Fahri ini mempunyai sifat mudah tersinggung dan tidak peka dengan lingkungan sekitarnya. Terutama suasana lingkungan kantor. Berbeda dengan Budi, yang hanya dibekali dengan prestasi akademik yang pas-pasan. Dia merasa sangat tidak percaya diri dan merasa bukanlah yang terbaik. Tetapi satu yang patut diancungi jempol, Budi terus memotifasi dirinya untuk disiplin dan tekun serta menjalankan semua tugas yang dilimpahkan kepadanya dengan baik. Satu lagi yang perlu dipertimbangkan, dia mampu memanajemen sikapnya. Sikap kooperatifnya yang dapat segera berkoordinasi dengan rekan satu timnya. Sehingga mengantarkannya sebagai karyawan yang cukup popular dikalangan perusahaannya, terutama di ruang lingkup kerjanya.
Bila dikaji lebih jauh, perbedaan Fahri dengan Budi ternyata membawa pengaruh besar terhadap kesinambungan kerja timnya. Apakah Fahri dapat memperbaiki sikapnya untuk kelancaran kerja di timnya? Dan mungkinkah Budi akan semakin diakui di lingkungan kerjanya?
IQ (Intelligence Quotient) atau nilai inteligensi akademis dipandang sebagai faktor penentu keberhasilan seseorang. Padahal faktor tersebut harus diimbangi dengan EQ (Emotional Quotient), kemampuan untuk memanajemen emosi. Seperti komentar Howard Gardner, seorang psikolog yang bekerja di bagian edukasi Harvard “selain kemampuan intelegensi akademis diperlukan aspek lain yang lebih bersifat emosional untuk membantu seseorang membuat keputusan tepat. Termasuk menentukan jalan keluar atau solusi yang paling tepat bagi dirinya”.
Menurut Peter Salovey, psikolog dari Universitas Yale, EQ (Emotional Quotient) atau intelegensi emosional, ditentukan oleh lima hal, yaitu :
Kemampuan mengenali ragam emosi yang ada dalam diri seseorang, sehingga dapat mereduksi kemungkinan keliru dalam setiap langkah pengambilan keputusan.
Kemampuan mengelola emosi diri secara tetap.
Kemampuan memotivasi diri.
Kemampuan berempati, dan mengenali emosi yang dirasakan oleh orang-orang disekitarnya.
Kemampuan menangani hubungan interpersonal secara efektif.
Jika ditinjau dari lima aspek tersebut, kinerja Fahri akan jauh dari target pencapaian, sampai dia benar-benar sadar dengan kekeliruan sikapnya dan dengan senang hati mencoba berusaha memanajemen kembali emosi dirinya. Sebaliknya dengan Budi yang sepintas terlihat biasa-biasa saja, namun memiliki kepekaan emosi yang tinggi. Sehingga membawanya kedalam beberapa situasi positif, seperti ia tidak mengalami kesulitan dalam mempresentasikan keberatan-keberatannya dengan cara asertif dan tidak menyerang. Ia juga tidak kesulitan dalam mengekspresikan rasa keingintahuannya mengenai informasi yang menyangkut kesinambungan kerja timnya.
Budi juga mampu mempertahankan kinerja yang baik saat menghadapi stress karena mengejar target atau karena masalah pribadi. Dia mampu menempatkan dan mengelola emosi dirinya. Oleh karena itu kita harus mampu menyiasati cara-cara yang tepat agar dapat meraih kembali keberhasilan dalam jenjang karir. Mulai berbenah dan meningkatkan kecakapan emosional. Terutama anda yang ditempatkan pada satu unit kerja yang membutuhkan bantuan orang lain yang lebih mampu mengatasi masalah-masalah teknis tertentu.
Semakin anda kurang peduli dengan lingkungan kerja, maka anda semakin terdepak jauh. Dengan memiliki kesadaran dan motivasi untuk meningkatkan kecerdasan emosional, serta kualitas intelektual. Maka pintu menuju SUKSES akan tebuka lebar. Semoga…..
*Staf bantu RSAS


di 05.59 , 0 Comments

PEMANFAATAN RUANG PERSALINAN RSAS

Gedung CMU (Central Medical Unit) yang tahap penyelesaianya telah sampai pada tahap finishing tentu menjadi satu hal yang sangat dinantikan seluruh komponen yang ada terutama masyarakat pengguna layanan kesehatan. Gedung CMU ini sendiri merupakan gedung sangat dibutuhkan guna kesinambungan aktivitas pelayanan di RSAS. Salah satu ruang dalam gedung CMU ini yaitu Ruang Persalinan, kemarin (16/10/2008) diresmikan pemanfaatannya oleh Bapak Walikota Adhan Dambea, S.Sos yang diawali dengan pengguntingan pita. Dalam kesempatan itu hadir pula sejumlah kepala dinas dari SKPD se Kota Gorontalo.
DSr. Hj. Nurinda Rahim, MSc, yang pagi itu juga dilantik oleh Walikota sebagai Direktur Utama RSAS memberikan sambutan dan mempresentasekan keadaan Rumah Sakit Aloei Saboe yang terkini. Salah satu yang masih menjadi kendala pelayanan di rumah sakit ini adalah sumber daya manusia dalam hal ini jumlah perawat yang masih kurang memadai. “Namun sejauh ini pihak RSAS telah berusaha semaksimal mungkin meminimalisir keadaan sehubungan dengan kekurangan tenaga perawat ini” ujar Nurinda. Usai acara digelar Nampak para perawat dan petugas lainnya membenahi ruangan yang baru saja diresmikan. Ruang persalinan sendiri telah diisi oleh dua pasien ibu hamil sedang Ruang Neonatal Intensif Care Unit juga telah dihuni oleh dua bayi mungil. Dengan dimanfaatkannya ruang persalinan ini diharapkan ruang sebelumnya yaitu G1 lantai bawah dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin sebagai ruang rawat inap pasien kebidanan.

di 05.57 , 0 Comments

KUNJUNGAN MENPAN DAN PENILAIAN PELAYANAN PRIMA

Rumah Sakit Aloei Saboe kembali mendapat kunjungan dari Tim Khusus Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Rabu (23/07), dalam rangka penilaian Pelayanan Prima. Rumah Sakit Aloei Saboe sendiri dengan Visi “Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu dengan dilandasi sentuhan manusiawi serta terjangkau oleh seluruh masyarakat” terus berupaya meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat.
Melihat kondisi yang terjadi di lapangan bahwasanya tidak hanya masyarakat Gorontalo saja yang memanfaatkan Pelayanan Rumah Sakit Aloei Saboe tetapi sekian persen masyarakat dati luar Provinsi Gorontalo juga memilih Rumah Sakit ini dalam hal pelayanan kesehatan sehingga sebagai Rumah Sakit Rujukan, RSAS senantiasa membenahi kekurangan untuk dapat memenuhi pelayanan kepada masyarakat secara komprehensif.
Tim khusus ini diterima langsung oleh Kepala Bidang Pelayanan BP-RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe, drg. Fitri Elliswary, MM. Dalam kesempatan itu drg. Fitri Elliswary mempresentasekan profil seputar Rumah Sakit yang kemudian dilanjutkan dengan pemantauan langsung ke ruangan-ruangan Rumah Sakit, baik ruangan administrasi maupun ruangan pelayanan kesehatan.
Penilaian Pelayanan Prima ini rutin dilaksanakan dalam setiap tahunnya, sehingga BP-RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe senantiasa siap sedia menerima Tim Penilai yang sewaktu waktu datang. Pelayanan di segala bidang pun terutama pelayanan kesehatan yang bersangkutan dengan pelayanan pasien terus ditingkatkan.

di 05.56 , 0 Comments

Banyak Pasien Diabetes Mellitus


Poliklinik penyakit dalam merupakan salah satu dari sekian banyak poliklinik kesehatan yang tersedia di RSAS sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat. Sehari-harinya poliklinik ini tak pernah terlihat sepi dari pengunjung, dalam hal ini masyarakat atau pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Sejak pkl 08.00 pagi, sudah terlihat antrian pengunjung yang duduk menunggu giliran panggilan untuk mengadakan pemeriksaan kesehatan. Redaksi Inflamas yang mencoba meliputi berita disela-sela kesibukan para petugas poliklinik, akhirnya berhasil mendapatkan sedikit informasi mengenai pelayanan kesehatan yang diberikan oleh poliklinik penyakit dalam ini. Yusmiati Ambokasi, A.Md. Kep yang kami temui siang itu memaparkan bahwasahnya mereka telah berupaya semaksimal mungkin untuk meberikan pelayanan yang terbaik demi kepuasan pengguna jasa pelayanan kesehatan di poliklinik tersebut. Pelayanan kesehatan yang kami berikan meliputi konsultasi medis disertai pemeriksaan dokter ditambah dengan pemeriksaan penunjang lainnya. Tindakan-tindakan medis maupun non medis yang kami lakukan terkait hasil diagnose penyakit pasien misalnya memberikan pengantar ke radiologi untuk melakukan pemeriksaan rontgen (sinar x), USG atau pengantar ke laboratorium untuk pemeriksaan darah/urine yang berhubungan dengan keluhan pasien. “Poliklinik ini khusus menangani pasien dengan keluhan sakit dalam sehingga memerlukan pemeriksaan yang lebih terperinci, karena itu diperlukan perlakuan medis seperti tes darah, pemeriksaan dengan sinar x atau USG” ujarnya. Menurut informasi yang berhasil dihimpun redaksi Inflamas bahwa keluhan penyakit yang paling banyak ditemui adalah Hypertensi dan Diabetes Mellitus. Data jumlah kasus pengeluhan kedua penyakit tersebut mencapai 100 pengunjung dalam setiap bulannya. Angka yang lumayan sangat besar, sehingga untuk menanganinya diperlukan fasilitas penunjang yang diharapkan dapat membantu mangatasi masalah tersebut. Maka dari itu disediakan poliklinik tersendiri bagi pasien dengan keluhan Diabetes Mellitus. Selain itu untuk menambah referensi masyarakat mengenai penyakit tersebut, pihak RSAS dalam hal ini pihak yang terkait dalam poli tersebut senantiasa mengadakan penyuluhan-penyuluhan.
Tindak lanjut dari pengeluhan penyakit hypertensi dan diabetes mellitus adalah dengan menganjurkan kepada pasien untuk rutin melakukan pengontrolan penyakitnya. Misalnya saja untuk penderita diabetes mellitus yang mestinya rutin melakukan pengontrolan seperti kadar gula dan tekanan darah serta perlakuan medis khusus untuk mempercepat penyembuhan atau meringankan sakit yang dialami pasien. “Untuk itu, penting kiranya menghimbau serta memotivasi masyarakat agar jangan enggan untuk melakukan pemeriksaan dalam, agar penyakit yang diderita bisa lebih cepat terdeteksi dan diatasi oleh pihak rumah sakit.
Namun ada sedikit masalah yang dihadapi dengan membludaknya pengunjung yang datang, yaitu minimnya fasilitas tempat duduk yang disediakan di ruang tunggu. Dalam sebulan penuh, 600 pengunjung yang memadati ruang tunggu poli tersebut. Pengunjung yang tidak mendapatkan fasilitas tempat duduk tersebut terpaksa rela berdiri berlama-lama menanti panggilan pemeriksaan. “Kami berharap pihak Pengelola segera menindak lanjuti permasalahan ini” ujar Yusmiati. Selain tiu bagi masyarakat pengguna jasa pelayanan poliklinik ini, diharapkan agar lebih kooperatif dalam hal dapat mengikuti prosedur pelayanan yang ada sesuai dengan tahapan-tahapan yang sebenarnya, agar terwujud pelaksanaan pelayanan yang profesional dan memuaskan untuk kemaslahatan kita bersama. (Rfd)

di 05.55 , 0 Comments

RSAS Membuka TFC Dan Poliklinik Gizi

Satu lagi pengembangan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh RSAS dengan menghadirkan Therapeutic Feeding Centre (TFC) yang akan menjadi bagian pelayanan kesehatan masyarakat khusuhnya gizi. Fasilitas ini telah dilengkapi dengan sarana serta informasi gizi beserta tenaga ahli yang akan memberikan bimbingan dan konseling serta terapi gizi guna mewujudkan masyarakat sehat dan sadar gizi di Kota Gorontalo. TFC ini juga dilengkapi dengan poliklinik gizi yang akan membantu masyarakat atau pasien yang menderita gizi kurang (buruk) maupun gizi lebih yang dewasa ini mulai menggejala dikalangan masyarakat gorontalo. Bagaimana sesungguhnya TFC ini? Bagaimana sesungguhnya TFC ini? Yuk ita simak liputannya berikut ini…


Pada tanggal 14 Agustus 2007, RSAS kembali membuka fasilitas layanan baru bagi masyarakat yang di sebut dengan Therapeutic Feedng Center (TFC). Fasilitas ini akan memenuhi kebutuhan masyarakat seputar masalah gizi yang sekarang ini sudah menggejala dalam masyarakat kita. Kurangnya data, serta motivasi masyarakat untuk memriksakan kondisi gizi anaknya membuat masalah gizi ini seakan menjadi fenomena gunung es yang mesti diatasi bersama.
Untuk itu, tujuan utama dari dibukanya fasilitas pelayanan kesehatan ini adalah dapat meberikan layanan pemulihan gizi (baik gizi kurang maupun lebih) secara intensif serta konprehensif. Untuk itu fasilitas ini dilengkapi pula dengan poliklinik gizi yang dibentuk untuk memberikan pelayanan gizi bagi masyarakat yang menderita masalah gizi, maupun masyarakat yang berkeinginan untuk konsultasi dan melakukan terapi gizi agar komposisi gizi dalam tubuhnya bisa seimbang. Dr. Hj. Nurinda Rahim, MSc sebagi Kepala Badan Pengelola RSAS mengatakan bahwa peningkatan pelayanan dengan membuka fasilitas pelayanan gizi bagi masyarakat ini merupakan salah satu bentuk komitmen RSAS untuk memenuhi kebutuhan serta mengantisipasi masalah masyarakat khususnya seputar gizi. Untuk itu Nurindah mengharapkan fasilitas ini dapat dimanfaatkan masyarakat sebaik mungkin. “Kami telah mempersiapkan TFC ini untuk masyarakat agar masalah gizi khususnya di Kota Gorontalo dapat diatsi secara baik dan intensif” kata Nurinda.
Senada dengan itu, Balidin, S.Pd, M.Si sebagai Sekretaris bagian pengelola TFC menambahkan bahwa terapi gizi akan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menderita gizi buruk.Di TFC nantinya pasien atau penderita gizi buruk akan menjalani tiga tahapn terapi yang meliputi : tahapan stabilisasi, transisi, dan rehabilitsi. “Pengalaman kami menunjukkan bahwa kadang masyarakat atau penderita gizi buruk, tidak menjalani keseluruhan terapi atau penanganannya, sehingga masalah perbaikan gizi tidak akan selesai dengan tuntas” ungkapnya.
“Untuk itu sangat penting bagi kami jika terjadi kerja sama antara kami dengan masyarakat untuk bersama melakukan penanganan masalah gizi secara intensif dan tuntas dengan memanfaatkan fasilitas yang sudah ada di RSAS” imbuh Balidin.
Ikhtiar yang dilakukan oleh RSAS untuk mewujudkan masyarakat sehat dengan sadar gizi tentu saja patut kita dukung bersama. Mengingat tanggung jawab kesehatan sudah menjadi milik bersama yaitu Pemerintah dan Masyarakat. Jika pemerintah dalam hal ini RSAS telah berupaya untuk mengadakan fasilitas serta tenaga ahlinya untuk penaganan masalah gizi di Gorontalo, maka ada juga kewajiban kita untuk memotivasi diri untuk memeriksakan atau memberikan informasi masalah gizi di masyarakat yang mungkin saja terjadi namun tidak sempat terdeteksi oleh instansi kesehatan.
“Partisipasi serta kesadaran bersama akan pentingnya gizi bagi generasi ke depan akan menjadi titik tolak kami dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat yang membutuhkan penaganan atau sekedar konsultasi gizi di TFC dan poliklinik gizi” tambah Balidin.

di 05.53 , 0 Comments

Hati - Hati Gizi Buruk Menyeran Generasi Kita

Di Indonesia saat ini dihadapkan pada masalah gizi ganda yakni gizi kurang/buruk dan gizi lebih. Naun untuk mengantisipasinya sampai tuntas , masih sangat sulit. Karena sebenarnya, masalah gizi ini timbul akibat dari ketimpangan yang tejadi di berbagai sektor, seperti ekonomi, social budaya dan tingkat pengetahuan masyarakat. Sehingga masalah gizi buruk adalah masalah kesehatan yang harus menjadi tanggung jawab kita semua. Masalah ini tidak akan pernah tuntas tanpa adanya kerja sama dari setiap element yang terkait.
Secara umum, masalah gizi lebih dan gizi kurang (buruk) dapat diuraikan sebagai berikut :
Masalah Gizi Lebih :
Masalah gizi lebih terjadi akibat kelebihan konsumsi, dimana jumlah kandungan zat gizi melebihi kebutuhan tubuh. Bila ini terjadi secara kontinyu dalam waktu yang cukup lama, maka akan berdampak pada kelebihan berat badan, terjadi penimbunan kolestrol, memicu timbulnya hipertensi serta berbagai penyakit degenerative lainnya.
Masalah Gizi Kurang :
Masalah gizi kurang terjadi akibat tidak seimbangnya antara kebutuhan tubuh dengan zat gizi. Bila ini berlangsung dalam waktu lama akan berpengaruh terhadap penurunan status gizi yang ditandai dengan penurunan berat badan di bawah normal. Dampak gizi kurang pada orang dewasa ditahap awal akan menimbulkan rasa cepat lelah yang tentu akan berpengaruh pada produktifitas kerja dan ini sangat berpengaruh pada produktifitas kerja dan ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Lebih lanjut kekurangan gizi dapat menyebabkan seseorang rentan terhadap berbagai penyakit infeksi. Bila ini terjadi maka baik masyarakat maupun pemerintah sama-sama menanggung kerugian ekonomi, dimana masyarakat harus menanggung biaya pengobatan dan pemerintahpun harus meningkatkan subsidi biaya kesehatan.
Dampak Gizi Kurang (Buruk) :
Pada balita dampak yang akan terjadi bila mengalami gizi kurang, akan menjadikannya rentan terhadap penyakit, pertumbuhan terhambat bahkan perkembangan sel otakpun terganggu. Sedangkan pada anak usia sekolah akan berpengaruh terhadap produktifitas belajarnya. Bila kita mencermati lebih jauh, masalah gizi kurang (buruk) akan sangat berdampak pada kerugian ekonomisaat ini dan masa yang akan datang. Anak balita yang mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan otak yang terhambat mengakibatkan terciptanya generasi penerus bangsa yang kerdil dan tingkat kecerdasan yang rendah dan tentunya akan berpengaruh negatif terhadap pembangunan masyarakat secara khusus serta bangsa dan negara secara umum.
Perkembangan sel otak yang terganggu akan berpengaruh terhadap aktifitas dan prestasi belajar pada saat memasuki usia sekolah. Hal ini akan mengerucut pada rendahnya sumber daya manusia dalam masyarakat, sehingga bias memperparah tingkat kemiskinan dan pengangguran akibat banyaknya anak atau generasi yang drop out atau putus sekolah akibat ketidakmampuan otak anak untuk belajar. Seperti telah diungkapakan sebelumnya bahwa masalah gizi terutama gizi kurang atau gizi buruk adalah masalah kesehatan yang tidak akan pernah tuntas bila hanya dibebankan kepada satu komponen saja, dalam hal ini bidang lembaga atau dinas kesehatan. Tetapi penanganannya haruslah melibatkan semua pihak terkait. Untuk itu, dalam hal penanganan maslah ini RSAS sebagai penyelenggara pemerintah di bidang pelayanan kesehatan masyarakat telah berupaya untuk bisa menanganinya dalam bentuk pemberian terapi gizi bagi setiap masyarakat. Terapi gizi ini akan sangat bermanfaat untuk pemulihan status gizi normal, baik bagi pasien penderita gizi kurang (buruk) maupun bagi penderita gizi lebih. Komposisi gizi yang seimbang dan terkontrol dalam tubuh akan menyehatkan badan secara umum dan meningkatkan antibody tubuh sehingga bisa kebal terhadap penyakit.
Untuk itu pula RSAS telah membuka satu bagian fasilitas pelayanan baru yang disebut Therafeutic Feeding Centre (TFC) dan poliklinik gizi pada tanggal 14 Agustus 2007 yang bertepatan pula dengan Hari Pramuka Indonesia. Fasilitas ini difungsikan untuk memenuhi kebutuhan informasi serta konsultasi sekaligus terapi masalah gizi bagi masyarakat. (Bldn)

di 05.51 , 0 Comments

KILAS BALIK RSUD Prof. Dr. H. ALOEI SABOE

Tahukah kita RSAS telah berusia setengah abad lebih (81 tahun) Mungkin tak banyak yang menyangka kalau rumah sakit yang sudah menjadi tulang punggung masyarakat Kota Gorontalo telah stua itu, lebih tua dari negara ini yang baru 62 tahun pada 17 Agustus kemarin. Sebab itu, redaksi inflamas mencoba menyajikan kilas balik RS ini sehingga menjadi seperti yang kita lihat sekarang….


Badan Pengelola Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo dibangun pada tahun 1926 dan dimanfaatkan sejak tahun 1929 dengan nama RSU Kotamadya Gorontalo. Semula hanya satu gedung yang terdiri dari 4 (empat) ruangan, yaitu apotik, poliklinik, dan rawat inap.
Tahun demi tahun bangunan ditambah dan sejak akhir PELITA I (1978), pembangunan Rumah Sakit fisik maupun non fisik ditambah. Pada tahun 1979, Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe ditetapkan dengan SK MENKES RI Nomor : 51/Men.Kes/SK/II/79 sebagai rumah sakit kelas C yang memenuhi persyaratan 4 (empat) spesialis dasar. Tahun 1991 dan tahun 1992 ditambah spesialis mata dan spesialis anak dan tahun 1995 ditambah spesialis THT.
Pada tanggal 17 September 1987 berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Prof. Dr. H. Aloei Saboe Gorontalo yang diambil dari nama seorang perintis kemerdekaan putera daerah yang diabadikan sebagai penghargaan atas pengabdiannya dibidang kesehatan dan ditetapkan berdasarkan SK Walikotamadya Gorontalo No. 97 tahun 1987.
Pada tanggal 31 Agustus 1995 oleh PEMDA Tingkat II (Walikotamadya KDH Tingkat II Gorontalo) diusulkan kenaikan kelas Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe dari kelas C Plus ke kelas B Non Pendidikan. Namun hal tersebut belum terealisasi.
Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Walikota Gorontalo Nomor : 315 tanggal 25 Maret tahun 2002 RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe ditetapkan menjadi Badan Pengelola RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo dan berkedudukan sebagai unit pelaksana pemerintah di bidang pelayanan kesehatan masyarakat yang berlokasi di Jl. Sultan Botutihe No. 7 Kelurahan Heledulaa Selatan Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo.
Pada tanggal 19 Maret 2005 dilaksanakan relokasi ke rumah sakit baru di Jl. Taman Pendidikan Kelurahan Wongkaditi Timur Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo dengan luas lahan 5,4 Ha. Relokasi rumah sakit tersebut dipersiapkan sejak tahun 2001.
Sejak berdirinya RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo telah beberapa kali mengalami perubahan kepemimpinan sebagai berikut :
Prof. Dr. H. Aloei Saboe Tahun 1929
Dr. Lim Tang Hong (-)
Dr. Tek San (-)
Dr. Nicartin Pakaya (-)
Dr. Hudaya Sudarman (- 1979)
Dr. Abdul Latif Hiola Tahun 1979 sampai 1983
Dr. H. Rahman Pakaya Tahun 1983 sampai 1997
Dr. T. D. E. Abeng Tahun 1997 sampai 1998
Dr. H. A. Tolohula Tahun 1998 sampai 1999
Dr. H. Sudirman M. Tahun 1999 sampai 2004
Dr. Hj. Nurinda Rahim Tahun 2004 sampai sekarang

Kedudukan
Badan Pengelola Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo berkedudukan sebagai unit pelaksana pemerintah Gorontalo dibidang pelayanan kesehatan masyarakat berdasarkan Surat Keputusan Walikota Gorontalo Nomor : 315 Tahun 2002 tentang organisasi dan tata kerja Badan Pengelola Rumah Sakit Umum Daerah.

Tugas Pokok
Tugas pokok Badan Pengelola Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo adalah melaksanakan sebagian tugas pemerintah di bidang pelayanan kesehatan yang meliputi memimpin, mengawasi, dan mengkoordinasikan tugas-tugas rumah sakit berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dibidang pelayanan kesehatan dan tugas pembantuan serta tugas-tugas lain yang diberikan oleh Pemerintah Kota Gorontalo.
Untuk melaksanakan tugas tersebut Badan Pengelola Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo mempunyai fungsi sebagai berikut :
1.Melaksanakan pembinaan dan peningkatan pelayanan kesehatan terhadap penderita di Rumah Sakit Umum Daerah.
2.Melaksanakan pelayanan dalam hal pencegahan, pengobatan, dan pemulihan kesehatan masyarakat.

Visi
“Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu dengan dilandasi sentuhan manusiawi serta terjangkau oleh seluruh masyarakat”

Misi
Untuk mewujudkan visi Badan Pengelola Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, maka ditetapkan misi sebagai berikut :
a.Menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara komprehensif.
b.Meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia.
c.Meningkatkan dan mengembangkan system manajemen rumah sakit.

Tujuan
Meningkatkan kualitas pelayanan dan system rujukan secara komprehensif.
Meningkatkan profesionalisme dan kualitas sumber daya manusia.
Menciptakan sistem manajemen dan informasi yang optimal.

Motto
“Tekadku pelayanan terbaik”
Berdasarkan visi pembangunan kesehatan yakni INDONESIA SEHAT 2010 dimana diharapkan masyarakat, bangsa dan Negara dapat hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Dengan pembangunan yang lebih intensif, berkesinambungan, dan merata dengan ditunjang oleh informasi kesehatan yang semakin mantap maka diharapkan derajat kesehatan masyarakat yang telah dicapai tersebut semakin ditingkatkan.
Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan dan pusat rujukan mengemban misi untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut. Misi rumah sakit dikatakan berhasil dengan baik seandainya rumah sakit dapat memberikan pelayanan yang bermutu.
Dengan berusaha meningkatkan mutu pelayanan secara intensif dan berkesinambungan serta ditunjang oleh kelengkapan sarana yang makin memadai, diharapkan RSUD Aloei Saboe semakin berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten/Kota Gorontalo dan sekitarnya pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

di 05.48 , 0 Comments

Ayo Disiplin....

Apel pagi (07/10) yang rutin dilaksanakan dihalaman kantor BP-RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo setiap hari kerja sebagai awal dari rutinitas kerja di Rumah Sakit ini tampak berbeda dari hari biasanya. Pasalnya apel pagi ini dirangkaikan dengan acara silaturrahim sesame pegawai di lingkungan RSAS. Dalam sambutannya, Kepala BP-RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe, Dr. Hj. Nurinda Rahim, MSc kembali menegaskan Lima Budaya Kerja yakni Proaktif, Disiplin, Inovatif, Kerjasama dan Transparan kepada seluruh peserta apel. “Selama ini pelayanan dalam hal tindakan medis mungkin sudah sangat memuaskan namun satu hal yang sedikit terlupakan oleh kita semua yaitu hilangnya etika saling menghargai dan menghormati antara sesame dan terutama pada pasien karena pasien yang notabene datang ke rumah sakit ini berharap mendapat pelayanan untuk kesembuhannya. Dan kita sebagai pemberi layanan kesehatan harus mampu memberikan pelayanan maksimal tidak hanya penyembuhan dengan pelayanan medis tetapi juga membantu pasien dalam penyembuhan mental atau psikologi pasien yang bersangkutan” ungkap Nurinda. Intinya kesehatan fisik harus dibarengi dengan kesehatan jiwa sehingga kita khususnya yang bersentuhan langsung dengan pasien harus mampu memanajemen perilaku dalam etika menghadapi pasien multi karakter. Walaupun bagi sebagian orang hal ini dianggap remeh, namun tidak demikian kenyataanya. Ditengah kehidupan yang semakin modern ini dimana hidup terasa sempit karena hamper seluruh waktu kita tersisa dengan seribu rutinitas yang mau tidak mau harus kita jalani karena bersangkutan dengan pemenuhan kebutuhan hidup yang terus meningkat. Imbas dari padatnya aktivitas kita tanpa disadari membuat kita berada pada kondisi tertekan tak jarang membuat kita sampai stress. Hidup menjadi tak seimbang lagi, dan tentunya membuat semuanya tidak terkontrol sampai-sampai beban itu terbawa ke tempat kerja. Menghadapi pasien yang sensitif dengan kondisi kita yang tidak fokus tentu saja akan berdampak negatif pada pelayanan kepada pasien. Sehingga tak dapat dipungkiri lagi banyak pasien yang mengeluhkan pelayanan yang telah kita berikan.
Dari lima item budaya kerja tersebut, disiplin menjadi salah satu item yang nampaknya mendapat perhatian khusus. Nurinda kembali menegaskan, bahwasanya disiplin merupakan tolak ukur keberhasilan kerja kita dimata masyarakat. Kesadran dari masing-masing individu sangat diharapkan guna meminimalisir banyaknya pengeluhan pada pihak manajemen RSAS. Kesadaran untuk datang tepat waktu dan menyelesaikan tugas sesuai dengan prioritas utama yang telah ditetapkan menjadikan semua tugas dan tanggung jawab kita terlaksana secara efisien yang imbasnya akan sangat baik bagi pelayanan pasien. Sehingga diharapkan tidak ada lagi. Apel pagi tersebut diakhiri dengan silaturrahim sesame pegawai di lingkungan RSAS.

di 05.41 , 0 Comments