Apel Pagi

Apel pagi (07/10) yang rutin dilaksanakan dihalaman kantor BP-RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo setiap hari kerja sebagai awal dari rutinitas kerja di Rumah Sakit ini tampak berbeda dari hari biasanya. Pasalnya apel pagi ini dirangkaikan dengan acara silaturrahim sesame pegawai di lingkungan RSAS. Dalam sambutannya, Kepala BP-RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe, Dr. Hj. Nurinda Rahim, MSc kembali menegaskan Lima Budaya Kerja yakni Proaktif, Disiplin, Inovatif, Kerjasama dan Transparan kepada seluruh peserta apel. “Selama ini pelayanan dalam hal tindakan medis mungkin sudah sangat memuaskan namun satu hal yang sedikit terlupakan oleh kita semua yaitu hilangnya etika saling menghargai dan menghormati antara sesame dan terutama pada pasien karena pasien yang notabene datang ke rumah sakit ini berharap mendapat pelayanan untuk kesembuhannya. Dan kita sebagai pemberi layanan kesehatan harus mampu memberikan pelayanan maksimal tidak hanya penyembuhan dengan pelayanan medis tetapi juga membantu pasien dalam penyembuhan mental atau psikologi pasien yang bersangkutan” ungkap Nurinda. Intinya kesehatan fisik harus dibarengi dengan kesehatan jiwa sehingga kita khususnya yang bersentuhan langsung dengan pasien harus mampu memanajemen perilaku dalam etika menghadapi pasien multi karakter. Walaupun bagi sebagian orang hal ini dianggap remeh, namun tidak demikian kenyataanya. Ditengah kehidupan yang semakin modern ini dimana hidup terasa sempit karena hamper seluruh waktu kita tersisa dengan seribu rutinitas yang mau tidak mau harus kita jalani karena bersangkutan dengan pemenuhan kebutuhan hidup yang terus meningkat. Imbas dari padatnya aktivitas kita tanpa disadari membuat kita berada pada kondisi tertekan tak jarang membuat kita sampai stress. Hidup menjadi tak seimbang lagi, dan tentunya membuat semuanya tidak terkontrol sampai-sampai beban itu terbawa ke tempat kerja. Menghadapi pasien yang sensitif dengan kondisi kita yang tidak fokus tentu saja akan berdampak negatif pada pelayanan kepada pasien. Sehingga tak dapat dipungkiri lagi banyak pasien yang mengeluhkan pelayanan yang telah kita berikan.
Dari lima item budaya kerja tersebut, disiplin menjadi salah satu item yang nampaknya mendapat perhatian khusus. Nurinda kembali menegaskan, bahwasanya disiplin merupakan tolak ukur keberhasilan kerja kita dimata masyarakat. Kesadran dari masing-masing individu sangat diharapkan guna meminimalisir banyaknya pengeluhan pada pihak manajemen RSAS. Kesadaran untuk datang tepat waktu dan menyelesaikan tugas sesuai dengan prioritas utama yang telah ditetapkan menjadikan semua tugas dan tanggung jawab kita terlaksana secara efisien yang imbasnya akan sangat baik bagi pelayanan pasien. Sehingga diharapkan tidak ada lagi. Apel pagi tersebut diakhiri dengan silaturrahim sesame pegawai di lingkungan RSAS.  

Rabu, 05 November 2008 di 03.36 , 0 Comments

MERIAH HUT KE-3 PEMANFAATAN RSAS

Pencanangan hari ulang tahun ke-3 pemanfaatan Rumah Sakit Aloei Saboe berlangsung Jumat pekan lalu (16/05), tepatnya di halaman kantor BP-RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

Pencanangan ini dibuka langsung oleh Kepala Badan, dr. Hj. Nurinda Rahim, MSc yang dirangkaikan langsung dengan jalan sehat yang mengambil start dan finish di halaman RSAS.
Serangkaian kegiatan menyambut HUT ke-3 pemanfaatan Rumah Sakit Aloei Saboe lainnya adalah lomba simulasi penanganan pasien antar instalasi dan ruangan, simulasi pelayanan prima, lomba MC, cerita humor, lomba baca Al-Quran, lomba vokalia, lomba ruangan dan taman binaan yang terbersih, bakti social, serta ragam kegiatan olah raga dan kesenian lainnya.
Rangkaian kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan keprofesionalismean petugas rumah sakit baik pada bagian pelayanan kesehatan maupun pelayanan administrasinya. Selain itu kegiatan ini juga diharapkan dapat mempererat tali silaturahim dan kebersamaan antar sesame pegawai di lingkungan RSAS.
Salah satu kategori lomba yang cukup menarik adalah simulasi pelayanan prima yang diikuti semua sub bagian di lingkungan RSAS. Samsudin Hanipa, SE yang juga ketua panitia dalam kegiatan tersebut mengungkapkan kepada crew Inflamas bahwa pelaksanaan rangkaian kegiatan perayaan HUT bukanlah untuk bersaing atau mencari penghargaan tapi lebih bertujuan utama setiap kegiatan yang dilaksanakan, misalnya dalam lomba simulasi pelayanan prima tujuan utamanya adalah agar tenaga medis atau staf yang bertugas dapat bekerja secara professional dan bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan.
“Bukan penghargaan menjadi tujuan utama dari simulasi ini, tetapi tanggung jawab terhadap pekerjaan yang harus ditanamkan pada diri masing-masing, yang tentunya akan berimbas pada pelayanan yang kita berikan kepada masyarakat sehingga menjadi sangat jelas bahwa lomba simulasi ini tidak hanya sekedar simulasi unjuk kebolehan tapi benar-benar ditekankan pada kesigapan dan keakuratan informasi dan pelayanan administrasi yang diberikan” jelas Samsudin.
Senada dengan hal tersebut kepada Inflamas Sekretaris panitia pelaksana, Yanto Yusuf Ponto mengungkapkan bahwa kegembiraan dan keceriaan yang dirasakan dengan adanya lomba ini dimaksudkan selain untuk menghilangkan kepenatan kerja para staf dan tenaga medis di RSAS, juga untuk senantiasa menjaga kebersamaan dan keakraban antar sesame pegawai dalam ruang lingku BP RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Bukan hanya itu, tuntutan keprofesionalan kerja juga masuk dalam materi lomba seperti simulasi pelayanan prima.
“Kebersamaan dan keceriaan sangat diperlukan dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan di RSAS karena kondisinya yang penuh dengan tekanan dan tuntutan pelayana terbaik. Itulah salah satu tujuan pelaksanaan kegiatan ini” ungkap Yanto.
Kepada para pemenang lomba diberikan reward yang diberikan oleh pengurus BP RSUD berupa bingkisan menarik sebagai penghargaan atas kegigihan dan keberhasilan mereka mengikuti lomba. Dalam hal ini Kepala Badan Pengelola RSAS mengatakan bahwa reward yang diberikan dimaksudkan untuk memacu kinerja dan kerjasama antar aparat dan tenaga medis di RSAS, sehingga bisa terjalin penguatan dalam sistem yang akan berdampak pula pada kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit ini. (Eka)

Jumat, 04 Juli 2008 di 03.38 , 0 Comments

RSAS, NAIK KE TIPE B NON PENDIDIKAN

Akhirnya datang juga…. Setelah perjuangan yang cukup panjang dan melelahkan Badan Pengelola Rumah Sakit Umum Daerah (BP RSUD) Prof. Dr. H. Aloe Saboe menerima Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 373/Menkes/SK/IV/2008 yang menyatakan RSAS Kota Gorontalo resmi ditetapkan naik status dari Tipe C menjadi Tipe B Non Kependidikan.

Kabar gembira ini tentu saja diakui oleh pihak BP RSUD tidak lepas dari kerja keras dan perjuangan semua pihak yang telah dengan berbagai upaya berbuat guna tercapainya kenaikan tipe rumah sakit ini. “Kerja keras dan dukungan semua pihak itu telah mengantar RSAS menjadi satu-satunya rumah sakit rujukan tertinggi di Provinsi Gorontalo” jelas Nurinda Rahim sebagai Kepala BP-RSUD.
Seperti yang telah diberitakan dalam edisi sebelumnya (03 April 2008) bahwa untuk meningkatkan pelayanan serta kebutuhan adanya fasilitas kesehatan yang memadai di Provinsi Gorontalo, maka pihak Pemda Kota Gorontalo bersama BP RSUD telah memulai mengupayakan peningkatan status rumah sakit ini dengan memperbaiki kualitas baik dalam penyediaan fasilitas kesehatan, tenaga medis dan perawat sampai pada penguatan kapasitas dan manajemen rumah sakit sejak beberapa tahun sebelumnya.
Terakhir saat kunjungan Tim dari Depkes RI (Kamis, 17/01) dalam rangka visitasi peningkatan status rumah sakit yang diterima langsung oleh Kepala Badan Nurinda Rahim.
Kebutuhan status kenaikan tipe RSAS dari Tipe C menjadi Tipe B Non Kependidikan, tentu saja berdampak pada pelayanan spesialis RSAS. Empat jenis pelayanan spesialis dasar sebelumnya yang telah ada di RSAS akan berkembang menjadi 12 jenis pelayanan spesialis.
Untuk memenuhi tuntutan ini, jauh sebelumnya pihak Badan Pengelola telah mempersiapkannya, dengan memfasilitasi sejumlah tenaga dokter umum untuk melanjutkan studi spesialis ke beberapa unversitas-universitas diantaranya, Spesialis Bedah Mulut di Universitas Padjajaran, Bedah Orthopaedi di Universitas Hasanudin Makassar, Ephidemiologi di UGM dan Universitas Sam Ratulangi Manado.
Selain peningkatan pada jenis pelayanan medik, peningkatan pada pelayanan keperawatan dan pelayanan administrasipun turut ditingkatkan.
“Fasilitas medik dan pelayanan kesehatan juga menjadi salah satu prioritas kami selaku Badan Pengelola yang senantiasa tak henti-hentinya terus melakukan terobosan untuk peningkatan pelayanan di rumah sakit ini serta terbuka menerima masukan dari pihak manapun demi kemajuan pelayanan yang kami berikan kepada masyarakat” imbuh dr. Nurinda.
Labih lanjut Nurinda menjelaskan adanya peningkatan status Rumah Sakit Aloei Saboe ini akan berdampak pada semua aspek yang ada di lingkungan rumah sakit. Semua instalasi atau satuan kerja yang ada di Rumah Sakit ini dituntut untuk dapat menjadi mandiri dan handal. Dimana satuan kerja mampu membuat perencanaan, mulai dari perencanaan anggaran, pengorganisasian (staffing), mengoperasikan instalasi serta rutin melakukan evaluasi dalam rangka meningkatkan pelayanan RSAS.
“Mudah-mudahan harapan kami dengan adanya peningkatan status rumah sakit ini dapat menjadi harapan semua pihak agar RSAS bisa menjadi media pelayanan kesehatan yang handal bagi rakyat Gorontalo pada khususnya” harap Nurinda. (Eka)

di 03.34 , 0 Comments

REFLEKSI PERJUANGAN PERS

Oleh : Indra Eka A. Amu

Perjalanan pers nasional sepanjang sejarah mengalami berbagai dinamika dan pasang surut. Para pejuang pers, sejak era kebangkitan nasional seratus tahun yang lalu hingga hari ini telah ikut mengukir sejarah bagi perkembangan pers maupun perkembangan demokrasi di negeri kita.
Sehingga sangat tidak berlebihan jika insan pers hari ini terus memperjuangkan pers yang hingga saat ini masih saja oknum yang berusaha mematahkan idealisme para insane pers.
Hari Kebebasan Pers Sedunia yang dirayak setiap 3 Mei adalah upaya untuk terus memperjuangkan kebebasan pers diseantero jagat raya. Tujuan perayaan Hari Kebebasan Pers yang dicanangkan PBB sejak 1933 ini adalah meningkatkan kesadaran akan pentingnya kebebasan berbagai masyarakat dan Negara serta untuk mengingatkan pemerintah (Negara manapun) akan tugas mereka untuk menghormati dan menjaga kebebasan pers. Kebebasan pers adalah bagian dari kebebasan untuk berekspresi yang merupakan hak asasi manusia dan tercantum dalam article 19 Universal Declaration of Human Rights.
Sebagaimana yang kita ketahui insane pers berjuang untuk idealisme di negeri ini yang tentu saja harus dapat bertanggung jawab dalam memberikan informasi atau berita yang benar, akurat, tanpa keberpihakan dan tanpa kepentingan tertentu. Setiap penulisan berita atau sejarah haruslah sesuai dengan relitas obyektif atau menyeluruh, sehingga kebenaranpun tidak termanipulasi.
Insan pers dalam menjalankan fungsi kontol sosialnya sering mengalami ancaman dan bahaya, tak jarang ada pers yang dikontrol atau dipasung, tentu saja hal ini adalah satu bentuk pengekangan idealisme insane pers.
Kebebasan pers adalah salah satu tonggak demokrasi. Dan demokrasi berarti juga pluralisme sebagaimana kenyataan adanya perbedaan warna kulit, perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan ideologi, dan perbedaan-perbedaan lain yang terhampar didepan mata kita. Semua mempunyai hak yang sama untuk hidup, tumbuh, dan berkembang. Bila ada kelompok mencoba menindas, meniadakan, mendominasi, memonopoli, menjajah, atau menguasai kelompok lain, itu adalah pelanggaran hak asasi. Sesederhana itulah masalahnya. Sebab setiap orang pada hakikatnya memiliki kebebasan yang sama. Selamat merayakan Hari Kebebasan Pers Sedunia.

di 03.32 , 0 Comments

SUKA DUKA PETUGAS LOUNDRY

Bekerja sebagai petugas laundry di Rumah Sakit Aloei Saboe telah lama digelutinya sejak tahun 1985 silam. Pekerjaan yang banyak bersentuhan dengan air ini memerlukan fasilitas tubuh yang baik. Apalagi dua tahun belakangan ini dua mesin cuci yang mereka andalkan sudah tidak dapat dioperasionalkan, sehingga mencuci secara manual menjadi satu-satunya pilihan.
 
Namun ibu yang akrab disapa Ta Nena ini bersama stafnya tetap bekerja dengan penuh keikhlasan. “Apapun jenis pekerjaan yang kita geluti, jika dijalani dengan kesyukuran hati akan menjadi sesuatu yang bermakna, apalagi jerih payah ini diperuntukkan bagi keluarga”. Itulah ungkapan bijak yang dituturkannya kepada crew Inflamas RSAS saat menyempatkan diri berkunjung disela-sela kesibukannya di base camp bagian belakang. Mengabdi sejak tahun 1985 memberinya banyak pengalaman berharga. Tak banyak orang yang berminat untuk menggeluti pekerjaan ini, apalagi jika dihadapkan pada pakaian-pakaian operasi kotor dan berkuman. Namun hal tersebut tak menjadi sesuatu yang perlu dipermasalahkan, yang utama dalaha tanggung jawab dalam pekerjaan.
Selain itu sistim keselamatan kerja juga sudah diatur agar petugas tidak terkena penyakit atau tertular kuman dari bekas-bekas kain kotor yang dicuci. Meskipun sudah memiliki staf diloundry sebanayak 8 orang yang masing-masing lima orang  bertugas untuk mencuci kain, satu orang menyetrika dan satunya lagi menjahit keperluan rumah sakit, namun dengan jumlah staf tersebut Misna merasa masih kekurangan tenaga.
Betapa tidak, banyaknya kain yang harus dibersihkan, dikeringkan, disetrika, kemudian didistribusikan ke ruangan-ruangan RSAS bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Apalagi luas RSAS sekarang ini membaut jarak antar ruangan semakin berjauhan. “Kami berharap pihak Badan Pengelola dapat mempertimbangkan kembali memngenai kekurangan tenaga di laundry ini, kami masih memerlukan 2 orang tenaga, satu untuk mendistribusikan kembali pakaian bersih ke ruangan-ruangan dan yang satunya akan kami perbantukan pada tugas mencuci” ujarnya berharap. Selain itu lebih lanjut Misna berharap akan adanya pengadaan atau perbaikan mesin cuci mereka yang sudah tidak bisa diopersikan lagi bisa segera terealisasi. “Karena dengan begitu kami dapat bekerja seefisien mungkin dan dapat mengurangi resiko terinfeksi kuman penyakit dari pakaian-pakaian kotor yang kami bersihkan” jelasnya.
Namun demikian apa yang dilakukan oleh petugas laundry RSAS patut diberikan apresiasi, karena ketika ditanya apa yang paling membuat mereka bahagia dengan pekerjaan ini, tersirat dari raut muka yang penuh bangga “kami telah menjadi bagian dari usaha menolong manusia yang lain. Karena dengan peralatan dan kain yang bersih tentu saja petugas medis dan pasien akan merasa nyaman dan enak dirawat di rumah sakit ini” imbuhnya dengan senyum. (Eka)

di 03.28 , 0 Comments

PERAWAT RAMAH PASIEN SENANG

Setiap kali berpapasa dengan suster-suster berseragam violet muda di Rumah Sakit Aloei Saboe, senyum manis dari perawat itu menjadi satu hal yang selalu dinantikan mereka yang datang ke rumah sakit ini. Begitu menariknya fenomena senyum ini, hingga Crew Inflamas mencoba menguak sedikit celah hidup seputar perawat-perawat RSAS.

Sumbang terdengar dari beberapa keluarga pasien yang merasakan tidak terlayani secara maksimal di rumah sakit ini. “Mengapa …. Rumah sakit sebesar ini mempekerjakan perawat judes, menyapa saja tidak apalagi tersenyum”
Itu merupakan segelintir kritikan yang dikeluarkan sejumlah pasien dan keluarga pasien yang pernah dirawat di Rumah Sakit Aloei Saboe. Memang terdengar menyakitkan namun kenyataanya memang seperti itu.
Saya sendiri pernah menyaksikan langsung kejadian yang tidak mengenakan tersebut. Di salah satu gedung rawat inap RSAS terbaring lemah seorang pasien yang terlihat berada pada kondisi yang sangat memerlukan bantuan dari perawat. Salah satu keluarga mencoba menghubungi perawat yang bertugas malam pada waktu itu, namun saying ternyata perawat yang bersangkutan sedang melaksanakan aktivitasnya yang lain (tidur pada waktu jam kerja). Tentu saja hal tersebut memicu kemarahan keluarga pasien, yang akhirnya melarikan pasien ke IRD. “Suami saya sudah sangat kesakitan menahan nyeri diperutnya, sementara perawatnya tidak kunjung datang” ujar istri pasien yang enggan disebutkan namanya. Sementara itu dokter jaga dan perawat yang bertugas di IRD hanya bisa geleng-geleng kepala setelah mendengar penjelasan dari keluarga korban.
 Contoh kejadian diatas sebenarnya sangat disayangkan terjadi. Namun dari peristiwa itu kita memperoleh satu pelajaran berharga. Dimana pelayanan terbaik kepada pasien adalah yang utama, apalagi Rumah Sakit Aloei Saboe telah menjadi Rumah Sakit Tipe B Non Pendidikan. Tetapi seburuk itukah sikap perawat di rumah sakit yang kita banggakan ini? Dimanakah senyum dari para srikandi kemanusiaan ini? Kita simak saja komentar langsung dari perawat-perawat ramah di RSAS ketika Inflamas melakukan feedback atas fenomena diatas yang kebetulan kali ini kepada perawat Instalasi Rawat Darurat (IRD), Iyam Tombokan.
“Perawat judes, tanpa senyum? Mungkin saya rasa tidak juga. Karena misalnya kami yang bertugas di IRD yang merupakan instalasi terdepan harus melakukan pelayanan cepat dan tepat. Hanya saja sering terjadi kesalahpahaman antar petugas dan keluarga korban. Misalnya ketika mereka panik, tentu saja mereka menginginkan penanganan secepatnya terhadap keluarga yang sakit tapi juga ingin melihat langsung penanganan yang diberikan dengan berupaya masuk dalam ruangan IRD. Ini tentu saja tidak dibolehkan, karena penaganan pasien seharusnya dalam kondisi ruang yang tenang dan tidak dalam kondisi tergesa-gesa atau panic. Nah, ketika perawat (kami.red) tidak membolehkan keluarga masuk, kadang mereka memaksa untuk masuk. Disinilah mungkin terjadi kesalahpahaman. Disatu sisi keluarga pasien ingin memperlihatkan sikap care-nya terhadap pasien dengan ingin menemani terus pasien yang akan dirawat, sementara disisi lain petugas harus bekerja tenang dan profesional tanpa ada gangguan agar penanganan terhadap pasien bisa berjalan baik, untuk itu keluarga dilarang masuk.
“Hal ini dapat kami pahami, siapa sih yang tak tak peduli kepada keluarganya yang sakit dan butuh pertolongan secepatnya. Hanya saja kami juga minta para keluarga pasien percaya dan yakin pada kami bahwa setelah diterima di IRD biarkan kami dan para medis bekerja. Dengan begitu kerjasama dan pengertian dari pihak keluarga pasien kami sangat harapkan. Jadi mungkin saja perawat kelihatan judes ketika keluarga pasien tidak mau memahami aturan yang ada. Tapi mudah-mudahan tidak terjadi lagi. Karena seiring dengan berkembanganya rumah sakit ini, maka sikap serta perilaku mengedepankan pelayanan prima telah menjadi prioritas bagi perawat disini. Jika tidak, maka pasien atau keluarga pasien bisa protes” jelas Iyam.

di 03.24 , 0 Comments

RSAS, SEGERA PUNYA CMU

Pembangunan gedung Central Medical Unit (CMU) terus dipacu mengingat kebutuhan serta kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang kian meningkat.

CMU yang belum rampung ini merupakan salah satu fasilitas yang nantinya akan memfasilitasi pelayanan operasi, instalasi rawat darurat dan pelayanan penunjang medic lainnya.
Selain itu CMU nantinya digunakan untuk mengcover kegiatan-kegiatan pelayanan yang bersifat emergensi serta memperbaiki pelayanan dari beberapa fasilitas yang masih kurang efektif misalnya untuk ruang operasi yang hanya empat kamar sehingga pelaksanaan pelayana operasi bagi pasien kadang harus menunggu ruang kosong.
Hal ini tentu saja sangat tidak efisien dan tidak representatif bagi kegiatan bedah yang frekuensinya mencapai 20 pasien per harinya. Sementara RSAS sebenarnya sudah mempunyai Sembilan dokter spesialis yang tentu saja mesti memiliki ruang dan fasilitas yang sesuai dengan tugas keprofesionalannya.
Begitu pula untuk kegiatan penunjang medic lainnya, seperti ruang persalinan dan ruang perawatan intensif yang masih menggunakan ruang rawat inap yang tentu saja akan berpengaruh pada daya tampung pasien rawat inap. Sehingga tidak mengherankan jika pada saat pasien membludak, banyak yang menempati gang dan selasar dalam ruang rawat inap.
Ruang instalasi rawat daruratpun masih menggunakan ruang poliklinik yang kapasitasnya terbatas, sehingga hal ini sangat berpengaruh pada pelayanan emergensi instalasi tersebut.
Melihat keadaan tersebut BP-RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe mengupayakan semaksimal mungkin untuk merealisasikan pembangunan CMU. CV. Taufik Raya sendiri yang dipercayakan melaksanakan kegiatan lanjutan tersebut sesuai hasil seleksi tender telah menerima surat perintah untuk segera mulai merampungkan gedung yang sangat penting ini.
Dengan harapan gedung CMU tersebut segera terealisasi sehingga semua pelayanan medic dapat lebih optimal diberikan kepada masyarakat.
“Mudah-mudahan pembangunan gedung ini bisa sesuai dengan yang direncanakan sehingga bisa langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat” ungkap Rafid Pakai, SE, Kepala Sub Bagian Perencanaan. (Eka)

di 03.20 , 0 Comments

TINGKATKAN PELAYANAN PAVILIUN BARU SIAP DIGUNAKAN

Rumah Sakit Aloei Saboe kembali melakukan gebrakan ditengah berbagai hujatan akan pelayanannya. Gedung asrama perawat lantai satu sebanyak lima ruangan yang selama ini tidak termanfaatkan telah disulap menjadi ruangan VIP yang siap menampung pasien rawat inap. Rehabilitasi gedung ini dilaksanakan secara swakelola oleh Badan Pengelola RSAS.
Fasilitas VIP atau Paviliun ini diharapkan dapat dapat sedikt mengurangi permasalahan kekurangan ruang perawatan, akibat jumlah pasien membludak. Dan selasa (8/1) lalu, Medi Botutihe selaku Walikota Gorontalo meresmikan penggunaan ruangan pavilion tersebut.
Kepala Badan Pengelola RSUD Aloei Saboe, Nurinda Rahim mengungkapkan “jumlah antrian pasien yang ingin menggunakan ruangan VIP sangat panjang, sementara ruangan VIP yang ada di rumah sakit ini sangat minim, sehingga dengan bertambahnya fasilitas ruangan ini diharapkan sedikitnya dapat mengurangi jumlah antrian yang ada” tuturnya.
Sementara itu, Walikota Medi Botutihe mengungkapkan bahwa melonjaknya jumlah pasien yang ingin dirawat di ruang VIP, seharusnya menandakan tingkat ekonomi masyarakat Gorontalo semakin meningkat tetapi tidak demikian yang terjadi di lapangan, banyak pasien yang dirawat di ruang VIP ketika akan keluar justru memperlihatkan kartu miskin” ungkapnya. “Hal seperti inilah yang kadang menjadi masalah” tambahnya.
Namun langkah ini merupakan terobosan terbaik RSAS yang dinilai mampu membaca situasi konsumen masyarakat pengguna jasa Gorontalo akan pelayanan dan fasilitas rumah sakit yang modern dan professional.

Kamis, 03 April 2008 di 05.15 , 0 Comments

MEMBACA PELUANG RSAS NAIK KELAS DARI TIPE C KE RUMAH SAKIT TIPE B NON KEPENDIDIKAN

Tahun 1926 silam Rumah Sakit Aloei Saboe telah dimanfaatkan dengan nama Rumah Sakit Umum Gorontalo. Perjalanan panjang penuh perjuangan kemudian mengantarkan Rumah Sakit ini sebagai Rumah Sakit Kelas C pada tahun 1979.
Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan kesehatan masyarakatpun semakin meningkat. Tak ditanya lagi Gorontalo sebagai salah satu Provinsi yang laju perkembangannya sangat cepat, dengan setumpuk aktivitas kehidupan masyarakatnya tentu saja menuntut kehadiran sebuah pusat layanan kesehatan masyarakat yang modern dengan pelayanan yang profesional diharapkan ada di Gorontalo. Kota yang perkembangannya cukup pesat tentu saja akan berdampak bagi masyarakatnya. Gaya hidup masyarakatpun yang mulai menapaki jenjang sedikit lebih maju mengharapkan kesejahteraan akan menjamin kesehatan mereka. Rumah Sakit Aloei Saboe merupakan satu-satunya rumah sakit terbesar di Gorontalo yang menjadi tumpuan seluruh masyarakat Gorontalo dan beberapa daerah yang berada diluar Provinsi Gorontalo. Sehingga untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal, PEMDA Tingkat II Kotamadya Gorontalo mengusulkan peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Prof. Dr. H. Aloei Saboe dari kelas C ke kelas B Non Kependidikan sejak tahun 2005 silam. Rencana akan dinaikkannya kelas rumah sakit ini memacu pihak Badan Pengelola Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe untuk terus berbenah dalam rangka memenuhi sejumlah persyaratan-persyaratan yang diajukan pemerintah pusat.
Keseriusan pihak Badan Pengelola Rumah Sakit Aloei Saboe akan perubahan status rumah sakit ke tipe yang lebih baik akan dilihat dengan upaya Badan Pengelola terus meningkatkan sumber dayanya. Baik itu sumber daya manusia maupun dalam segi sarana dan prasarana. Untuk memenuhi fasilitas dokter spesialis pihak Badan Pengelola telah menyekolahkan 14 tenaga dokter umum untuk menjadi dokter spesialis ke Perguruan Tinggi Sam Ratulangi Manado dan Universitas Hasanuddin dan Universitas Indonesia. Dengan tersedianya dokter spesialis tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat yang kemudian akan menjadi pertimbangan pemerintah pusat, layak tidaknya rumah sakit ini beralih kelas dari Tipe C ke Tipe B Non Pendidikan. Badan Pengelola Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe telah berusaha dengan semaksimal mungkin, dukungan dari semua pihak terutama masyarakat Gorontalo sangatlah diharapkan.

di 05.12 , 0 Comments

DARI KUNJUNGAN TIM DEPKES RI, LAYAKKAH RSAS NAIK STATUS?

Kamis (17/10) Tim dari Departemen Kesehatan RI tiba di Rumah Sakit Aloei Saboe dalam rangka kunjungan dinas, visitasi peningkatan kelas Rumah Sakit Aloei Saboe dari Tipe C ke Tipe B Non Pendidikan. Pada kesempatan itu dr. Hj. NUrinda Rahim, MSc selaku Kepala Badan Pengelola RSAS yang menyambut langsung kedatangan tim tersebut di RSAS. Dalam kesempatan tersebut, Nurinda terlebih dahulu mempresentasekan gambaran umum RSAS dan semua yang berkaitan dengan pelayanan, tenaga medis dan fasilitas yang ada di RSAS di hadapan Tim Visitase. Pihak Badan Pengelola sangat berharap pengalihan kelas Rumah Sakit ini dapat terealisasi secepat mungkin demi meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.
Dari Informasi yang berhasil dihimpun oleh crew Inflamas, Tim Visitase memastikan perubahan RSAS akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi pemerintah pusat, mengingat RSAS merupakan rumah sakit terbesar yang ada di Provinsi Gorontalo yang tentu saja menjadi tumpuan masyarakat Gorontalo pada umumnya dan masyarakat sekitar Gorontalo. Sehingga peningkatan kelas rumah sakit dirasa layak diperuntukkan bagi Rumah Sakit Aloei Saboe untuk memenuhi tuntutan masyarakat tersebut.
Di tempat yang sama, Tim Visitase yang diketuai oleh dr. Abdul Rival tersebut mengungkapkan bahwa kedatangan Tim Depkes tersebut hanya sebatas menilai kelayakan. “Keputusan layak atau tidaknya rumah sakit beralih kelas masih menunggu keputusan akhir dari tim. Kendati demikian Abdul Rival mempresentasekan peluang perubahan status RSAS persen. Namun kami sangat salut dengan ketanggapan RSAS dalam peningkatan tenaga medis dan perawatnya, terbukti dengan adanya pengiriman sejumlah tenaga dokter umum untuk menjadi dokter spesialis ke beberapa universitas”. Ungkapnya.
Kunjungan tersebut dilanjutkan dengan pemantauan langsung Tim Visitase ke sejumlah ruangan yang ada di Rumah Sakit Aloei Saboe selain memantau beberapa fasilitas alat kesehatan yang tersedia.

di 05.09 , 0 Comments

ANUGERAH RUMAH SAKIT SAYANG IBU BUKTI RSAS BEKERJA

Kritikan adalah hal biasa bagi Rumah Sakit Aloei Saboe (RSAS). Namun ditengah cercaan tersebut RSAS tak tinggal diam. Saling menuding, menyalahkan, menydutkan, tak akan memberi hasil yang kita inginkan. Bekerja dan berbuat dengan tekad yang bulat demi kemaslahatan orang banyak dan ketulusan dalam pelayanan adalah prioritas utama RSAS.
Hal tersebut terbukti dengan adanya penghargaan tertinggi dari Presiden RI, kategori Rumah Sakit Sayang Ibu Dan Anak, yang diserahkan langsung oleh Presiden RI di Istana Negara 18 Desember lalu. Menurut Samsudin Hanipa, SE sekretaris Badan Pengelola RSAS, pemberian penghargaan tersebut sebelumnya telah melalui beberapa proses penilaian yang dilakukan oleh kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan RI.
Masih menurut Samsudin, pada kesempatan itu Prof. Dr. Meutia Hatta Swasono selaku Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan memaparkan bahwa seharusnya mulai saat ini kaum ibu harus merubah cara pandangnya. Bahwasanya tugas seorang ibu bukan semata-mata hanya di dapur saja, tetapi bagaimana menjadi seorang ibu yang mampu bekerjasama dengan suami dalam memanajemen persoalan rumah tangga secara bersama-sama terutama masalah kesehatan dan pendidikan anak-anak karena kesejahteraan bangsa dan negara dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga. Penyerahan penghargaan tersebut diterima langsung oleh Sekretaris Badan Pengelola RSAS, Samsudin Hanipa, SE mewakili Dr. Nurinda Rahim, MSc selaku Kepala Badan Pengelola RSAS. Dr. Nurinda yang berhasil ditemui oleh crew Inflamas menuturka, “cercaan maupun kritikan yang terus datang, merupakan cambukan buat kami, sehingga apapun yang divoniskan ke RSAS tidak akan menyurutkan semangat kami untuk terus meningkatkan mutu pelayanan” ungkapnya. (Eka)

di 05.02 , 0 Comments

TANDA KEHORMATAN SATYA LENCANA PENGABDIAN 30 TAHUN

30 tahun mengabdi Ratna Hala Pakaya, bidan senior ini meyelesaikan pendidikan Diploma III kebidanannya di Manado, Sulawesi Utara. Ratna Hala Pakaya mengawali karirnya sebagai Pelaksana Kebidanan Puskesmas di Kecamatan Popayato yang sekarang ini merupakan wilayah perbatasan Provinsi Gorontalo dengan Provinsi Sulawesi Tengah. Setahun lebih ditugaskan di daerah terpencil tersebut meninggalkan banyak kenangan tersendiri baginya. Pada masa itu tepatnya tahun 1975 silam sarana transportasi di daerah tersebut sangatlah minim. Kondisi jalan yang rusak ditambah dengan tidak tersedianya alat transportasi tentu saja berdampak bagi pelayanan kesehatan masyarakat di daerah tersebut. Akses darat yang dapat digunakan saat itu satu-satunya adalah gerobak yang menggunakan kekuatan hewan peliharaan masyarakat seperti sapid an kuda. Memang pada saat itu ada sebuah mobil bantuan untuk Kecamatan Popayato, namun pemanfaatannya hanya dapat menjangkau empat desa terdekat dari kota kecamatan.
Untuk dapat menjangkau Kota Gorontalo, akses laut dengan menggunakan kapal motor dan speedboat merupakan satu-satunya alternative. Pasien yang harus mendapatkan pelayanan lebih dan harus dirujuk ke Rumah Sakit Gorontalo pun mau tidak mau harus menggunakan transportasi laut tersebut. Namun kondisi cuaca yang tidak memungkinkan kadang harus membuat pasien berlapang dada menerima pelayanan seadanya dari puskesmas.
Bdan yang dikaruniai seorang putra dan dua orang putri ini selanjutnya dipindahkan beberapa kali ke sejumlah puskesmas-puskesmas yang ada di wilayah Gorontalo. Diantaranya adalah Puskesmas Tapa, Puskesmas Mongolato, dan Puskesmas Wongkaditi secara berturut-turut mendapatkan predikat sebagai Puskesmas Teladan sejak tahun 1986.
Periode berikutnya selama dua tahun, Ratna Hala Pakaya juga mengabdikan dirinya di Rumah Bersalin Sitti Khadijah. Hingga kemudian ditempatkan di Rumah Sakit Aloei Saboe tahun 1993 hingga saat ini. Perjalanan panjang yang telah digelutinya tersebut membuahkan beberapa penghargaan yang memang pantas diperuntukkan kepadanya. Diantaranya pada tahun 1983 sebagai Pengelola KB Teladan, Predikat Bidan Teladan tingkat kabupaten tahun 1989. Dan baru-baru ini memperoleh tanda jasa Satya Lencana 30 tahun mengabdi dari Negara.
Selain menekuni dunianya sebagai seorang bidan, Ratna Hala Pakaya juga menjadi dosen pembimbing di sejumlah akademi keperawatan dan akademi kebidanan yang ada di Provinsi Gorontalo. Dalam hal ini, Ratna Hala selalu meningkatkan dan menekankan mahasiswa bimbingannya untuk tidak hanya menguasai ilmu akademiknya semata tetapi juga perlu menanamkan nilai tanggung jawab, kedisiplinan, kejujuran, dan keikhlasan kepada jiwa masing-masing mahasiswa tersebut sehingga dikemudian hari dapat mengabdikan diri dengan penuh kemanusiaan kepada masyarakat.
Ratna Hala sendiri merasa kecewa dengan keadaan lapangan yang ia lihat saat ini. Terutama di pusat-pusat kesehatan masyarakat yang ia rasa kini tak lagi dekat dengan masyarakat. Kurangnya pengayoman dari pusat-pusat kesehatan masyarakat tersebut dinilainya sebagai penyebab meningkatnya resiko kematian pada ibu.
Prinsip untuk memuaskan pasien adalah senantiasa dipegang teguh olehnya. Sehingga ia memilih 4M, yakni Memeriksa, Menolong, Merawat, Membimbing dan menyuluh untuk diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya di tempat tugas, karena diamanapun kita berada menolong orang lain sudah merupakan naluri kita sebagai manusia yang berketuhanan.
“Kesadaran dari masing-masing individu, baik itu perawat, bidan, dokter, atau pegawai di lingkungan Rumah Sakit Aloei Saboe sepertinya harus lebih menjadi perhatian masing-masing. Dari kesadaran tersebut maka akan hidup rasa tanggung jawab atas pekerjaan yang diembannya. Sehingga dengan begitu kita siap mempertanggungjawabkan semua tindak tanduk kita pada diri, masyarakat, negara, dan tentunya kepada Allah” ungkap Ratna Hala, diakhir perbincangannya dengan crue Inflamas.

BIODATA
Nama            :    Ratna Hala Pakaya
NIP            :    140 073 056
Tempat Tanggal Lahir     :    Gorontalo, 16 Februari 1956
Pangkat / Gol. Ruang    :    Penata Tingkat I / III d
Jabatan Terakhir    :    Bidan Penyelia
Instansi            :    BP-RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Gorontalo
Jenis Kelamin        :    Perempuan
Agama            :    Islam
Alamat            :    Kel. Bulotadaa timur Kec. Kota Utara
                Kota Gorontalo
Pendidikan Terakhir    :    Diploma III kebidanan

di 03.35 , 0 Comments

TANDA KEHORMATAN SATYA LENCANA PENGABDIAN 30 TAHUN

Abdi Negara Yang Setia Bertugas
Banyak pilihan pekerjaan yang dapat menjadi tujuan cita-cita kita. Tetapi pegawai negeri sipil merupakan salah satu profesi yang selalu menjadi pilihan sebagian besar orang-orang. Tak ada salahnya dan sah-sah saja dengan pilihan tersebut. Dan untuk menjadi seorang abdi negara haruslah dibarengi dengan jiwa besar dalam mengemban tugas yang tentunya memerlukan tanggung jawab yang besar dari setiap individu-individu yang memilih menjadi pamong pada pemerintahan.
Negara sangat berterima kasih kepada abdi negara yang dengan kerja kerasnya telah mengemban tugas Negara selama bertahun-tahun. Sehingga beberapa diantara mereka layak mendapatkan penghargaan dari negara, berupa tanda kehormatan Satya Lencana 30 tahun. Berikut diantara mereka yang berkesempatan mendapatkan tanda penghormatan tersebut.
Purna Tugas Bukan Halangan, Mengabdi Untuk Kemanusiaan
Dr. Tawil Boneputra, Sp. B dari jauh tampak pasien berjubelan mengisi kursi tunggu di koridor depan ruangan OKB (Operasi Kamar Bedah) Rumah Sakit Aloei Saboe. Cat putih dinding rumah sakit ini terlihat sangat kontras dengan tirai penutup jendelanya yang berwarna violet muda. Begitu masuk ke ruangan ini tergambar jelas sebuah suasana nyaman, bersih, dan hening. Seperti itulah suasana yang ditangkap oleh crew Inflamas yang mencoba mendapatkan informasi dari Dr. Tawil Boneputra, Sp. B disela-sela kesibukannya di Rumah Sakit Aloei Saboe.
Dokter alumni Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanudin Makassar ini mengawali karirnya sebagai dokter umum di Puskesmas Bone, tanah kelahirannya.
Menuntut ilmu yang berguna adalah suatu hal yang dicintai Allah, senada dengan pepatah tuntutlah ilmu semenjak dalam buaian hingga ke liang lahat. Sepertinya dokter yang satu ini pun tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk terus menambah ilmu kedokterannya.
Naluri untuk terus mengembangkan potensi yang ada ditambah motivasi diri dan dukungan dari keluarga, dokter senior ini pun memutuskan untuk melanjutkan studinya. Spesialis Bedah merupakan pilihan mantap yang akan dilakoninya. Universitas Hasanudin Makassar kembali menjadi saksi perjalanan studinya. Setelah menyelesaikan studi spesialis bedahnya, Maret tahun 1982 ia menginjakkan kakinya di Gorontalo. Selanjutnya ditempatkan di Rumah Sakit Umum Gorontalo yang sekarang ini lebih kita kenal sebagai Rumah Sakit Aloei Saboe Kota Gorontalo. Memilih spesialis bedah sebagai pilihan studinya ternyata mempunyai alasan tersendiri. “Menjadi seorang dokter bedah, memiliki kepuasan tersendiri bagi saya. Setiap kali menyelesaikan sebuah tindakan operasi kepada pasien, saya sangat bersyukur sedikitnya dapat meringankan penderitaan mereka” ungkapnya. “Satunya lagi… profesi seorang dokter bedah tidak dapat diwakilkan kepada yang lainnya sehingga ilmu yang saya dapatkan betul-betul terimplementasi langsung kepada sasarannya” tambahnya lagi. Profesi dokter memang adalah profesi yang mulia, profesi yang tidak dapat dipisahkan dengan masalah kemanusiaan. Mengabdi lebih dari 30 tahun ternyata tidaklah sia-sia, negara menyematkan tanda kehormatan satya lencana sebagai tanda penghargaan atas sumbangsihnya kepada negara. Namun hal tersebut bukanlah akhir dari perjuangannya, sekalipun telah purna bakti ia masih tetap bersedia membantu sesama, terkait profesinya sebagai dokter spesialis bedah.
Dr. Tawil Boneputra, Sp. B mungkin merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang sukses dengan profesinya. Perjalanan panjangnya sebagai seorang dokter yang tentu saja tidak lepas dari berbagai macam aral, tak mematahkan semangatnya terus berbakti untuk kemanusiaan.

BIODATA
Nama                            :    Dr. Tawil Boneputra, Sp. B
Nip                               :    140 069 111
Tempat Tanggal Lahir    :    Bone, 10 November 1947
Pangkat/Gol. Ruang       :    Pembina Utama Madya / IV D
Jabatan Terakhir            :    Kepala UPF Bedah
Instansi                          :    BP-RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Gorontalo
Jenis Kelamin                 :    Laki-laki
Agama                           :    Islam
Alamat                           :    Jl. Imam Bonjol Kel. Limba B Kec. Kota Selatan
Pendidikan Terakhir       :    Dokter Spesialis Bedah
Tanda Kehormatan        :    Satya Lencana (30 tahun)  

di 03.34 , 0 Comments

PENTINGNYA KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK

Oleh : Drg. Hj. Fitri Ellyswari, MM

Jangan anggap remeh kesehatan gigi dan mulut anak. Banyak orang tidak pernah membayangkan bahwa masalah gigi dan mulut anak dapat berpengaruh pada perkembangan anak. Maka dari itu, betapa penting perhatian orang tua terhadap kesehatan gigi dan mulut anak, terutama anak-anak yang masih balita. Sebab, kondisi gigi susu akan menentukan pertumbuhan gigi tetap si anak. Selain itu, bila anak memiliki gigi yang tidak sehat, dia akan sulit mencerna makanan sehingga proses pertumbuhan si anak akan terganggu. Akibatnya, anak akan mudah terserang penyakit. Setiap orang tua sebaiknya menanamkan suatu prinsip dalam dirinya bahwa anak-anak harus bebas dari rasa sakit gigi dan memberi mereka awal kehidupan yang baik sehingga mereka mampu bersaing di masa depan. Pertumbuhan gigi pada anakditandai dengan pemunculan gigi pada permukaan gusi dan diikuti dengan perubahan posisi gigi dari dalam tulang pendukung gigi untuk menempati posisi fungsionalnya dalam rongga mulut. Masa pemunculan gigi secara klinis merupakan suatu tanda pertumbuhan seorang anak. Tahap pertama pertumbuhan gigi sangat jelas selama minggu keenam dari kehidupan embrional. Mulai tumbuhnya gigi merupakan proses penting pertumbuhan seorang anak. Orang tua harus mengetahui cara merawat gigi anaknya. Orang tua juga harus mengajari anaknya cara merawat gigi dengan baik, yaitu dengan member contoh cara menyikat gigi yang benar. Salah satu fungsi gigi susu dianggap penting ialah perkembangan fungsi bicara. Kemampuan menggunakan gigi-geligi untuk pengucapan didapatkan seluruhnya dengan bantuan gigi susu. Gigi susu juga berperan dalam fungsi kosmerik dengan perkembangan penampilan anak. Secara tidak langsung cara bicara anak dapat dipengaruhi jika terdapat kesadaran pada dirinya akan kerusakan pada gigi, dan hal ini akan membuatnya malu ketika membuka mulut saat bicara. Perawtan gigi sejak dini sangat penting untuk menghindari proses kerusakan gigi, seperti gigi berlubang, keropos, dan pembengkakan pada gusi. Anak juga harus diajak atau diperkenalkan secara dini kepada dokter gigi. Hal ini sangat bermanfaat dalam membiasakan pemeriksaan gigi secara rutin dan mengatasi rasa takut anak kepada dokter gigi. Orang tua dapat mencoba cara mengenalkan dokter gigi kepada anaknya, yaitu dengan mangajak anak ikut serta saat ibu atau ayahnya memeriksakan gigi. Cara ini juga mengenalkan pada anak pada suasana ruangan dokter gigi, suara-suara mesin, dan peralatan yang digunakan dokter. Anak juga dapat melihat bagaimana ibu atau ayahnya tetap tenang saat dokter gigi melakukan perawatan. Tak kalah penting ialah memilih dokter gigi anak yang memahami dan mendapat pendidikan bagaimana membuat anak-anak nyaman saat ke dokter gigi. Misalnya, dokter yang menyediakan ruang tunggu berisi buku dan mainan, serta mengisi dinding ruangan dengan gambar-gambar yang menarik dan disukai anak-anak. Selain itu, orang tua harus memperhatikan pola makan anak. Jangan terlalu sering member anak makanan yang manis dan lengket. Sebab, makanan jenis ini mudah tertinggal dan melekat pada gigi, dan bila terlalu sering serta lama akan berakibat tidak baik. Makanan manis dan lengket tersebut akan bereaksi didalam mulut dan membentuk asam yang merusak email gigi. Hal ini akan mengakibatkan timbulnya gangguan, seperti gigi berlubang atau yang dikenal sebagai karies. Nursing Bottle Caries (NBC) atau disebut juga baby bottle tooth decay-sindrom botol bayi yang menjadi penyebab nomor satu kerusakan ekstensif pada gigi anak-anak dibawah umur tiga tahun adalah suatu kondisi dimana gigi susu balita telah rusak, bahkan sering kali menjadi busuk, hingga permukaan gusi. NBC ini banyak terjadi pada anak-anak karena seringnya mengonsumsi minuman yang mengandung gula, seperti susu, sari buah, dan minuman ringan lainnya, yang diberikan kepada anak menjelang tidur. Gula yang terkandung dalam minuman-minuman tersebut oleh bakteri yang terdapat pada plak gigi diubah menjadi asam yang akhirnya menimbulkan kebusukan pada kerusakan pada gigi. Terdapat beberapa cara untuk menghindari terjadinya kasus NBC : 1. Hindari atau kurangi makanan yang manis. Fruktosa (gula meja) dekstrosa, dan sirup jagung mengandung gula yang dapat menimbulkan asam pembusuk dalam jumlah lebih besar dibandingkan dengan makanan non gula lainnya. 2. Jangan berikan makanan atau minuman kepada anak-anak menjelang tidur tanpa melakukan penyikatan gigi atau pembersihan gigi setelahnya. Bila anak terbiasa meminum susu dalam botol menjelang tidur sampai tertidur, bersihkan giginya dengan kapas atau kain yang telah dibasahi. 3. Bila anak harus atau terbiasa memegang botolnya saat akan tertidur, isi botol dengan air putih. Indikator kesehatan mulut dapat dilihat dari kebersihan mulut serta ada atau tidaknya gingivitis (pembengkakan gusi). Gingivitis adalah peradangan yang melibatkan jaringan gingival (gusi) disekitar gigi. Gingivitis pada anak-anak diakibatkan oleh adanya plak (massa lunak yang melekat pada permukaan gigi dan mengandung koloni bakteri) dan kalkulus (plak yang telah mengeras), yang dihubungkan dengan kebersihan mulut yang tidak baik. Penyakit gingivitis ini jika dibiarkan akan menjadi bentuk destruktif yang mengenai jaringan periodontal (jaringan sekitar gigi). Pemeliharaan kesehatan anak-anak berumur dibawah lima tahun masih tergantung kepada orang tua. Orang tua terutama ibu, mempunyai peran yang sangat dominan dalam upaya pencegahan penyakit gingivitis ataupun penyakit mulut lainnya. Peran ibu dalam upaya meningkatkan kesehatan gigi dan mulut anak dapat dilihat dari sikap dan perhatiannya terhadap perawatan gigi dan mulut anaknya. Usaha untuk mencegah kerusakan gigi tentunya tidak dilakukan dengan mengurangi pemberian susu kepada anak, mengingat penyebab utama timbulnya karies gigi dan gingivitis adalah plak, upaya yang dapat dilakukan ialah membersihkan plak dari permukaan gigi. Upaya tersebut dapat berupa penyikatan gigi, kumur-kumur, dan pembersihan gigi dengan kapas atau kain basah pada balita. Bila anak sudah agak besar, orang tua harus dapat membantu anak untuk memulai runtinitas menggosok gigi. Caranya dengan mengajari dan memberi contoh bagaimana cara memegang sikat gigi dan menggosok gigi dengan benar. Kebersihan gigi dan mulut hanya dapat dicapai dengan menyikat gigi secara benar, rutin, dan teratur setiap hari terutama menjelang tidur agar permukaan gigi terbebas dari plak.
Berikut ini beberapa tips menjaga kesehatan gig, gusi, dan mulut :
Jadikan kegiatan menyikat gigi sebagai salah satu kebutuhan yang harus dilakukan minimal dua kali sehari. Berilah anak pengertian tentang manfaat menyikat gigi. Misalnya gigi jadi bersih, tidak berlubang, gigi tidak sakit atau bengkak dan sebagainya.
Jangan pernah menyerah bila anak enggan melakukan kebiasaan baik ini. Motivasilah mereka. Lain waktu hadirkan buku cerita atau dongeng yang menguatkan motivasi mereka.
Buatlah kegiatan menyikat gigi sebagai acara yang menyenangkan. Misalnya, berikan sikat gigi dengan bentuk, corak, dan warna yang menarik.
Gunakan sikat gigi yang sesuai dengan bentuk mulut dan gigi.
Untuk bentuk mulut yang kecil, gunakan sikat gigi yang kecil pula dengan ujung atau kepala sikat yang mengecil. Begitupun bagi mereka yang gigi gerahamnya menjorok ke dalam dan jumlahnya lebih banyak dari pada umurnya.
Mereka yang mempunyai gigi tak rata, banyak yang ginsul, bertumpuk, atau selang seling, dianjurkan menggunakan sikat gigi yang mempunyai bulu sikat zigzag karena bisa mempermudah membersihkan setiap gigi dan celah gigi yang tidak beraturan. Pilih sikat gigi yang berbulu lembut dengan pegangan yang mantap dan tidak licin.
Pasta gigi sebenarnya hanya untuk membantu kenyamanan dan memberikan rasa saat kita menyikat gigi atau lidah. Menurut penelitian, dengan atau tanpa pasta gigi, sepanjang menyikat gigi dilakukan secara benar, baik dan sempurna, maka hasilnya sama saja. Pasta gigi untuk anak balita sebaiknya tidak menggunakan pasta gigi terlebih dahulu karena sering tertelan atau ditelan. Kalaupun mau menggunakan pasta gigi, gunakan yang benar-benar bebas flour. Kelebihan flour dalam tubuh justru bisa menyebabkan gigi rusak.
Sikatlah gigi dengan cara yang benar, yaitu :
Lakukan gerakan menyikat dari bagian merah ke putih (dari gigi ke gusi) untuk bagian penampang gigi (depan dan samping). Ingat, arahnya tidak boleh bolak balik karena bisa mencederai gusi dan kotoran tidak keluar dari gigi.
Jika melakukan gerakan seperti itu pada gigi anak dirasa sulit, disarankan untuk melakuka gerakan memutar searah jarum jam. Hal ini dilakukan sekaligus untuk melakukan massage pada gusi anak.
Untuk menyikan permukaan kunyah, lakukan gerakan horizontal satu arah dari dalam ke luar. Cara ini berlaku untuk gigi atas dan bawah, bagian luar maupun dalam.
Jangan terbur-buru. Saat menyikat gigi, lakukan dengan santai dan relaks. Lakukan pembersihan setiap dua gigi dengan kekuatan sedang hingga semua gigi tersikat dengan baik.
Bila kita konsisten menjaga kesehatan gigi, sebenarnya kita telah mengajarkan anak untuk mejanga kesehatan gusi. Meskipun demikian ada beberapa masalah serius pada gusi seperti gusi bengkak, gusi naik dari celah gigi, atau gusi kotor. Namun untuk masalah tersebut dokterlah yang dapat mengatasinya. Disamping itu yang perlu diketahui, penyakit gusi juga bisa disebabkan faktor genetik. Itulah mengapa, tak sedikit orang muda usia tanpa sebab apa-apa giginya tanggal atau goyang sendiri. Perubahan hormonal pada anak yang tengah menjalani masa puber dan ibu hamil, misaljuga bisa menyebabkan penyakit gusi seperti gusi berdarah. Begitu pula bila anak atau orang dewasa yang sedang menjalani terapi obat jangka panjang, gusinya mudah sekali bengkak dan berdarah.
Gunakan obat kumur seperlunya. Penggunaan setiap hari tidaklah baik karena obat kumur juga membunuh bakteri yang berada dalam mulut selain bakteri jahat.
Jangan lupa untuk memperhatikan kebersihan sikta gigi. Caranya, setiap habis digunakan bersihkan sikat gigi dengan air, lalu ketuk-ketukkan sebelum dimasukkan kedalam flipper yang punya banyak lubang untuk sirkulasi dan mengeluarkan air pada bagian bawahnya. Selain itu, lebih baik lagi jika satu minggu sekali sikat gigi tersebut kita rendam dan cuci menggunakan air panas. Tak lupa, lekas ganti sikat gigi jika sudah rusak, sekalipun baru beberapa saja bulu sikatnya yang tanggal atau merekah.
Merawat kebersihan lidah tak serumit menyikat gigi, cukup gunakan alat pembersih lidah. Lakukan gerakan menarik dari arah dalam ke luar. Supaya lebih enak dan nyaman, bisa juga kita gunakan pasta gigi. Untuk anak apalagi balita, biasanya orang tua akan kesulitan melakukan hal ini. Terlebih lagi masih agak sulit menemuka alat pemebrsih lidah untuk anak. Sebagai gantinya, gunakan saja sikat gigi anak sebagai alat pembersih lidahnya dengan sedikit pasta gigi. Cara membersihkannya sama, tarik sikat gigi pada permukaan lidah searah dari bagian dalam ke luar.
Ajaklah anak ke dokter gigi. Cukup penting membiasakan anak control ke dokter gigi sejak dini. Tujuannya selain gigi terawat dan ia tidak takut menjalani pemeriksaan rutin maupun pengobatan bila ada masalah seperti plak, karies, atau lainnya. Anjuran dokter, ajaklah anak ke dokter gigi sejak gigi pertamanya tanggal.

di 03.28 , 0 Comments

MESJID AL-ADHA

“Masyarakat kini bisa memanfaatkan mesjid yang berlokasi di RSAS setelah Yayasan Yaphara yang diketuai Adhan Dambea menyerahkan secara resmi penggunaannya kepada pihak Rumah Sakit”
 
Mesjid Al-Adha yang dibangun di areal Rumah Sakit Aloei Saboe oleh Yayasan Yaphara yang diketuai oleh Adhan Dambea yang juga ketua DPRD Kota Gorontalo akhirnya resmi diserahkan ke pihak RSAS secara langsung oleh ketua yayasan, Rabu (16/1) bertempat di aula Rumah Sakit Aloei Saboe. Penyerahan sekaligus pemanfaatan mesjid Al-Adha diterima dengan penuh rasa syukur oleh Kepala Badan, Nurinda Rahim.
Bangunan mesjid ini nantinya tidak hanya akan dimanfaatkan oleh pihak rumah sakit saja, tetapi juga bagi pengunjung rumah sakit dan masyarakat sekitarnya.
Dalam kesempatan itu, dr. Nurinda menyampaikan terima kasihnya kepada Adhan Dambea selaku ketua Yayasan Yaphara, karena telah bersedia membangun fasilitas publik yang sangat vital dan seharusnya ada di dalam lingkungan RSAS. “Mesjid yang dibangun ini bukan hanya semata-mata sebagai pelengkap fasilitas rumah sakit tetapi juga sebagai sarana pemenuhan tuntutan kebutuhan batiniah kita semua kepada Allah” ungkap Nurinda.
Sementara itu Adhan Dambea mengharapkan agar keberadaan mesjid ini dapat termanfaatkan sebaik mungkin dan tentunya dapat dijaga dan dipelihara kebersihannya bersama-sama. Dalam serah terima tersebut, hadir pula beberapa aleg dewan kota diantaranya Kisman Puluhulawa, Erwin Rauf, Ridwan Podungge, Ismail Pelu, Indrawanto Hasan.

di 03.27 , 0 Comments