Dari lima item budaya kerja tersebut, disiplin menjadi salah satu item yang nampaknya mendapat perhatian khusus. Nurinda kembali menegaskan, bahwasanya disiplin merupakan tolak ukur keberhasilan kerja kita dimata masyarakat. Kesadran dari masing-masing individu sangat diharapkan guna meminimalisir banyaknya pengeluhan pada pihak manajemen RSAS. Kesadaran untuk datang tepat waktu dan menyelesaikan tugas sesuai dengan prioritas utama yang telah ditetapkan menjadikan semua tugas dan tanggung jawab kita terlaksana secara efisien yang imbasnya akan sangat baik bagi pelayanan pasien. Sehingga diharapkan tidak ada lagi. Apel pagi tersebut diakhiri dengan silaturrahim sesame pegawai di lingkungan RSAS.
Dari lima item budaya kerja tersebut, disiplin menjadi salah satu item yang nampaknya mendapat perhatian khusus. Nurinda kembali menegaskan, bahwasanya disiplin merupakan tolak ukur keberhasilan kerja kita dimata masyarakat. Kesadran dari masing-masing individu sangat diharapkan guna meminimalisir banyaknya pengeluhan pada pihak manajemen RSAS. Kesadaran untuk datang tepat waktu dan menyelesaikan tugas sesuai dengan prioritas utama yang telah ditetapkan menjadikan semua tugas dan tanggung jawab kita terlaksana secara efisien yang imbasnya akan sangat baik bagi pelayanan pasien. Sehingga diharapkan tidak ada lagi. Apel pagi tersebut diakhiri dengan silaturrahim sesame pegawai di lingkungan RSAS.
Pencanangan ini dibuka langsung oleh Kepala Badan, dr. Hj. Nurinda Rahim, MSc yang dirangkaikan langsung dengan jalan sehat yang mengambil start dan finish di halaman RSAS.
Serangkaian kegiatan menyambut HUT ke-3 pemanfaatan Rumah Sakit Aloei Saboe lainnya adalah lomba simulasi penanganan pasien antar instalasi dan ruangan, simulasi pelayanan prima, lomba MC, cerita humor, lomba baca Al-Quran, lomba vokalia, lomba ruangan dan taman binaan yang terbersih, bakti social, serta ragam kegiatan olah raga dan kesenian lainnya.
Rangkaian kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan keprofesionalismean petugas rumah sakit baik pada bagian pelayanan kesehatan maupun pelayanan administrasinya. Selain itu kegiatan ini juga diharapkan dapat mempererat tali silaturahim dan kebersamaan antar sesame pegawai di lingkungan RSAS.
Salah satu kategori lomba yang cukup menarik adalah simulasi pelayanan prima yang diikuti semua sub bagian di lingkungan RSAS. Samsudin Hanipa, SE yang juga ketua panitia dalam kegiatan tersebut mengungkapkan kepada crew Inflamas bahwa pelaksanaan rangkaian kegiatan perayaan HUT bukanlah untuk bersaing atau mencari penghargaan tapi lebih bertujuan utama setiap kegiatan yang dilaksanakan, misalnya dalam lomba simulasi pelayanan prima tujuan utamanya adalah agar tenaga medis atau staf yang bertugas dapat bekerja secara professional dan bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan.
“Bukan penghargaan menjadi tujuan utama dari simulasi ini, tetapi tanggung jawab terhadap pekerjaan yang harus ditanamkan pada diri masing-masing, yang tentunya akan berimbas pada pelayanan yang kita berikan kepada masyarakat sehingga menjadi sangat jelas bahwa lomba simulasi ini tidak hanya sekedar simulasi unjuk kebolehan tapi benar-benar ditekankan pada kesigapan dan keakuratan informasi dan pelayanan administrasi yang diberikan” jelas Samsudin.
Senada dengan hal tersebut kepada Inflamas Sekretaris panitia pelaksana, Yanto Yusuf Ponto mengungkapkan bahwa kegembiraan dan keceriaan yang dirasakan dengan adanya lomba ini dimaksudkan selain untuk menghilangkan kepenatan kerja para staf dan tenaga medis di RSAS, juga untuk senantiasa menjaga kebersamaan dan keakraban antar sesame pegawai dalam ruang lingku BP RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Bukan hanya itu, tuntutan keprofesionalan kerja juga masuk dalam materi lomba seperti simulasi pelayanan prima.
“Kebersamaan dan keceriaan sangat diperlukan dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan di RSAS karena kondisinya yang penuh dengan tekanan dan tuntutan pelayana terbaik. Itulah salah satu tujuan pelaksanaan kegiatan ini” ungkap Yanto.
Kepada para pemenang lomba diberikan reward yang diberikan oleh pengurus BP RSUD berupa bingkisan menarik sebagai penghargaan atas kegigihan dan keberhasilan mereka mengikuti lomba. Dalam hal ini Kepala Badan Pengelola RSAS mengatakan bahwa reward yang diberikan dimaksudkan untuk memacu kinerja dan kerjasama antar aparat dan tenaga medis di RSAS, sehingga bisa terjalin penguatan dalam sistem yang akan berdampak pula pada kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit ini. (Eka)
Diposting oleh INFLAMAS RSAS
Kabar gembira ini tentu saja diakui oleh pihak BP RSUD tidak lepas dari kerja keras dan perjuangan semua pihak yang telah dengan berbagai upaya berbuat guna tercapainya kenaikan tipe rumah sakit ini. “Kerja keras dan dukungan semua pihak itu telah mengantar RSAS menjadi satu-satunya rumah sakit rujukan tertinggi di Provinsi Gorontalo” jelas Nurinda Rahim sebagai Kepala BP-RSUD.
Seperti yang telah diberitakan dalam edisi sebelumnya (03 April 2008) bahwa untuk meningkatkan pelayanan serta kebutuhan adanya fasilitas kesehatan yang memadai di Provinsi Gorontalo, maka pihak Pemda Kota Gorontalo bersama BP RSUD telah memulai mengupayakan peningkatan status rumah sakit ini dengan memperbaiki kualitas baik dalam penyediaan fasilitas kesehatan, tenaga medis dan perawat sampai pada penguatan kapasitas dan manajemen rumah sakit sejak beberapa tahun sebelumnya.
Terakhir saat kunjungan Tim dari Depkes RI (Kamis, 17/01) dalam rangka visitasi peningkatan status rumah sakit yang diterima langsung oleh Kepala Badan Nurinda Rahim.
Kebutuhan status kenaikan tipe RSAS dari Tipe C menjadi Tipe B Non Kependidikan, tentu saja berdampak pada pelayanan spesialis RSAS. Empat jenis pelayanan spesialis dasar sebelumnya yang telah ada di RSAS akan berkembang menjadi 12 jenis pelayanan spesialis.
Untuk memenuhi tuntutan ini, jauh sebelumnya pihak Badan Pengelola telah mempersiapkannya, dengan memfasilitasi sejumlah tenaga dokter umum untuk melanjutkan studi spesialis ke beberapa unversitas-universitas diantaranya, Spesialis Bedah Mulut di Universitas Padjajaran, Bedah Orthopaedi di Universitas Hasanudin Makassar, Ephidemiologi di UGM dan Universitas Sam Ratulangi Manado.
Selain peningkatan pada jenis pelayanan medik, peningkatan pada pelayanan keperawatan dan pelayanan administrasipun turut ditingkatkan.
“Fasilitas medik dan pelayanan kesehatan juga menjadi salah satu prioritas kami selaku Badan Pengelola yang senantiasa tak henti-hentinya terus melakukan terobosan untuk peningkatan pelayanan di rumah sakit ini serta terbuka menerima masukan dari pihak manapun demi kemajuan pelayanan yang kami berikan kepada masyarakat” imbuh dr. Nurinda.
Labih lanjut Nurinda menjelaskan adanya peningkatan status Rumah Sakit Aloei Saboe ini akan berdampak pada semua aspek yang ada di lingkungan rumah sakit. Semua instalasi atau satuan kerja yang ada di Rumah Sakit ini dituntut untuk dapat menjadi mandiri dan handal. Dimana satuan kerja mampu membuat perencanaan, mulai dari perencanaan anggaran, pengorganisasian (staffing), mengoperasikan instalasi serta rutin melakukan evaluasi dalam rangka meningkatkan pelayanan RSAS.
“Mudah-mudahan harapan kami dengan adanya peningkatan status rumah sakit ini dapat menjadi harapan semua pihak agar RSAS bisa menjadi media pelayanan kesehatan yang handal bagi rakyat Gorontalo pada khususnya” harap Nurinda. (Eka)
Diposting oleh INFLAMAS RSAS
di
03.34
,
0 Comments
Perjalanan pers nasional sepanjang sejarah mengalami berbagai dinamika dan pasang surut. Para pejuang pers, sejak era kebangkitan nasional seratus tahun yang lalu hingga hari ini telah ikut mengukir sejarah bagi perkembangan pers maupun perkembangan demokrasi di negeri kita.
Sehingga sangat tidak berlebihan jika insan pers hari ini terus memperjuangkan pers yang hingga saat ini masih saja oknum yang berusaha mematahkan idealisme para insane pers.
Hari Kebebasan Pers Sedunia yang dirayak setiap 3 Mei adalah upaya untuk terus memperjuangkan kebebasan pers diseantero jagat raya. Tujuan perayaan Hari Kebebasan Pers yang dicanangkan PBB sejak 1933 ini adalah meningkatkan kesadaran akan pentingnya kebebasan berbagai masyarakat dan Negara serta untuk mengingatkan pemerintah (Negara manapun) akan tugas mereka untuk menghormati dan menjaga kebebasan pers. Kebebasan pers adalah bagian dari kebebasan untuk berekspresi yang merupakan hak asasi manusia dan tercantum dalam article 19 Universal Declaration of Human Rights.
Sebagaimana yang kita ketahui insane pers berjuang untuk idealisme di negeri ini yang tentu saja harus dapat bertanggung jawab dalam memberikan informasi atau berita yang benar, akurat, tanpa keberpihakan dan tanpa kepentingan tertentu. Setiap penulisan berita atau sejarah haruslah sesuai dengan relitas obyektif atau menyeluruh, sehingga kebenaranpun tidak termanipulasi.
Insan pers dalam menjalankan fungsi kontol sosialnya sering mengalami ancaman dan bahaya, tak jarang ada pers yang dikontrol atau dipasung, tentu saja hal ini adalah satu bentuk pengekangan idealisme insane pers.
Kebebasan pers adalah salah satu tonggak demokrasi. Dan demokrasi berarti juga pluralisme sebagaimana kenyataan adanya perbedaan warna kulit, perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan ideologi, dan perbedaan-perbedaan lain yang terhampar didepan mata kita. Semua mempunyai hak yang sama untuk hidup, tumbuh, dan berkembang. Bila ada kelompok mencoba menindas, meniadakan, mendominasi, memonopoli, menjajah, atau menguasai kelompok lain, itu adalah pelanggaran hak asasi. Sesederhana itulah masalahnya. Sebab setiap orang pada hakikatnya memiliki kebebasan yang sama. Selamat merayakan Hari Kebebasan Pers Sedunia.
Diposting oleh INFLAMAS RSAS
di
03.32
,
0 Comments
Namun ibu yang akrab disapa Ta Nena ini bersama stafnya tetap bekerja dengan penuh keikhlasan. “Apapun jenis pekerjaan yang kita geluti, jika dijalani dengan kesyukuran hati akan menjadi sesuatu yang bermakna, apalagi jerih payah ini diperuntukkan bagi keluarga”. Itulah ungkapan bijak yang dituturkannya kepada crew Inflamas RSAS saat menyempatkan diri berkunjung disela-sela kesibukannya di base camp bagian belakang. Mengabdi sejak tahun 1985 memberinya banyak pengalaman berharga. Tak banyak orang yang berminat untuk menggeluti pekerjaan ini, apalagi jika dihadapkan pada pakaian-pakaian operasi kotor dan berkuman. Namun hal tersebut tak menjadi sesuatu yang perlu dipermasalahkan, yang utama dalaha tanggung jawab dalam pekerjaan.
Selain itu sistim keselamatan kerja juga sudah diatur agar petugas tidak terkena penyakit atau tertular kuman dari bekas-bekas kain kotor yang dicuci. Meskipun sudah memiliki staf diloundry sebanayak 8 orang yang masing-masing lima orang bertugas untuk mencuci kain, satu orang menyetrika dan satunya lagi menjahit keperluan rumah sakit, namun dengan jumlah staf tersebut Misna merasa masih kekurangan tenaga.
Betapa tidak, banyaknya kain yang harus dibersihkan, dikeringkan, disetrika, kemudian didistribusikan ke ruangan-ruangan RSAS bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Apalagi luas RSAS sekarang ini membaut jarak antar ruangan semakin berjauhan. “Kami berharap pihak Badan Pengelola dapat mempertimbangkan kembali memngenai kekurangan tenaga di laundry ini, kami masih memerlukan 2 orang tenaga, satu untuk mendistribusikan kembali pakaian bersih ke ruangan-ruangan dan yang satunya akan kami perbantukan pada tugas mencuci” ujarnya berharap. Selain itu lebih lanjut Misna berharap akan adanya pengadaan atau perbaikan mesin cuci mereka yang sudah tidak bisa diopersikan lagi bisa segera terealisasi. “Karena dengan begitu kami dapat bekerja seefisien mungkin dan dapat mengurangi resiko terinfeksi kuman penyakit dari pakaian-pakaian kotor yang kami bersihkan” jelasnya.
Namun demikian apa yang dilakukan oleh petugas laundry RSAS patut diberikan apresiasi, karena ketika ditanya apa yang paling membuat mereka bahagia dengan pekerjaan ini, tersirat dari raut muka yang penuh bangga “kami telah menjadi bagian dari usaha menolong manusia yang lain. Karena dengan peralatan dan kain yang bersih tentu saja petugas medis dan pasien akan merasa nyaman dan enak dirawat di rumah sakit ini” imbuhnya dengan senyum. (Eka)
Diposting oleh INFLAMAS RSAS
di
03.28
,
0 Comments
Sumbang terdengar dari beberapa keluarga pasien yang merasakan tidak terlayani secara maksimal di rumah sakit ini. “Mengapa …. Rumah sakit sebesar ini mempekerjakan perawat judes, menyapa saja tidak apalagi tersenyum”
Itu merupakan segelintir kritikan yang dikeluarkan sejumlah pasien dan keluarga pasien yang pernah dirawat di Rumah Sakit Aloei Saboe. Memang terdengar menyakitkan namun kenyataanya memang seperti itu.
Saya sendiri pernah menyaksikan langsung kejadian yang tidak mengenakan tersebut. Di salah satu gedung rawat inap RSAS terbaring lemah seorang pasien yang terlihat berada pada kondisi yang sangat memerlukan bantuan dari perawat. Salah satu keluarga mencoba menghubungi perawat yang bertugas malam pada waktu itu, namun saying ternyata perawat yang bersangkutan sedang melaksanakan aktivitasnya yang lain (tidur pada waktu jam kerja). Tentu saja hal tersebut memicu kemarahan keluarga pasien, yang akhirnya melarikan pasien ke IRD. “Suami saya sudah sangat kesakitan menahan nyeri diperutnya, sementara perawatnya tidak kunjung datang” ujar istri pasien yang enggan disebutkan namanya. Sementara itu dokter jaga dan perawat yang bertugas di IRD hanya bisa geleng-geleng kepala setelah mendengar penjelasan dari keluarga korban.
Contoh kejadian diatas sebenarnya sangat disayangkan terjadi. Namun dari peristiwa itu kita memperoleh satu pelajaran berharga. Dimana pelayanan terbaik kepada pasien adalah yang utama, apalagi Rumah Sakit Aloei Saboe telah menjadi Rumah Sakit Tipe B Non Pendidikan. Tetapi seburuk itukah sikap perawat di rumah sakit yang kita banggakan ini? Dimanakah senyum dari para srikandi kemanusiaan ini? Kita simak saja komentar langsung dari perawat-perawat ramah di RSAS ketika Inflamas melakukan feedback atas fenomena diatas yang kebetulan kali ini kepada perawat Instalasi Rawat Darurat (IRD), Iyam Tombokan.
“Perawat judes, tanpa senyum? Mungkin saya rasa tidak juga. Karena misalnya kami yang bertugas di IRD yang merupakan instalasi terdepan harus melakukan pelayanan cepat dan tepat. Hanya saja sering terjadi kesalahpahaman antar petugas dan keluarga korban. Misalnya ketika mereka panik, tentu saja mereka menginginkan penanganan secepatnya terhadap keluarga yang sakit tapi juga ingin melihat langsung penanganan yang diberikan dengan berupaya masuk dalam ruangan IRD. Ini tentu saja tidak dibolehkan, karena penaganan pasien seharusnya dalam kondisi ruang yang tenang dan tidak dalam kondisi tergesa-gesa atau panic. Nah, ketika perawat (kami.red) tidak membolehkan keluarga masuk, kadang mereka memaksa untuk masuk. Disinilah mungkin terjadi kesalahpahaman. Disatu sisi keluarga pasien ingin memperlihatkan sikap care-nya terhadap pasien dengan ingin menemani terus pasien yang akan dirawat, sementara disisi lain petugas harus bekerja tenang dan profesional tanpa ada gangguan agar penanganan terhadap pasien bisa berjalan baik, untuk itu keluarga dilarang masuk.
“Hal ini dapat kami pahami, siapa sih yang tak tak peduli kepada keluarganya yang sakit dan butuh pertolongan secepatnya. Hanya saja kami juga minta para keluarga pasien percaya dan yakin pada kami bahwa setelah diterima di IRD biarkan kami dan para medis bekerja. Dengan begitu kerjasama dan pengertian dari pihak keluarga pasien kami sangat harapkan. Jadi mungkin saja perawat kelihatan judes ketika keluarga pasien tidak mau memahami aturan yang ada. Tapi mudah-mudahan tidak terjadi lagi. Karena seiring dengan berkembanganya rumah sakit ini, maka sikap serta perilaku mengedepankan pelayanan prima telah menjadi prioritas bagi perawat disini. Jika tidak, maka pasien atau keluarga pasien bisa protes” jelas Iyam.
Diposting oleh INFLAMAS RSAS
di
03.24
,
0 Comments
CMU yang belum rampung ini merupakan salah satu fasilitas yang nantinya akan memfasilitasi pelayanan operasi, instalasi rawat darurat dan pelayanan penunjang medic lainnya.
Selain itu CMU nantinya digunakan untuk mengcover kegiatan-kegiatan pelayanan yang bersifat emergensi serta memperbaiki pelayanan dari beberapa fasilitas yang masih kurang efektif misalnya untuk ruang operasi yang hanya empat kamar sehingga pelaksanaan pelayana operasi bagi pasien kadang harus menunggu ruang kosong.
Hal ini tentu saja sangat tidak efisien dan tidak representatif bagi kegiatan bedah yang frekuensinya mencapai 20 pasien per harinya. Sementara RSAS sebenarnya sudah mempunyai Sembilan dokter spesialis yang tentu saja mesti memiliki ruang dan fasilitas yang sesuai dengan tugas keprofesionalannya.
Begitu pula untuk kegiatan penunjang medic lainnya, seperti ruang persalinan dan ruang perawatan intensif yang masih menggunakan ruang rawat inap yang tentu saja akan berpengaruh pada daya tampung pasien rawat inap. Sehingga tidak mengherankan jika pada saat pasien membludak, banyak yang menempati gang dan selasar dalam ruang rawat inap.
Ruang instalasi rawat daruratpun masih menggunakan ruang poliklinik yang kapasitasnya terbatas, sehingga hal ini sangat berpengaruh pada pelayanan emergensi instalasi tersebut.
Melihat keadaan tersebut BP-RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe mengupayakan semaksimal mungkin untuk merealisasikan pembangunan CMU. CV. Taufik Raya sendiri yang dipercayakan melaksanakan kegiatan lanjutan tersebut sesuai hasil seleksi tender telah menerima surat perintah untuk segera mulai merampungkan gedung yang sangat penting ini.
Dengan harapan gedung CMU tersebut segera terealisasi sehingga semua pelayanan medic dapat lebih optimal diberikan kepada masyarakat.
“Mudah-mudahan pembangunan gedung ini bisa sesuai dengan yang direncanakan sehingga bisa langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat” ungkap Rafid Pakai, SE, Kepala Sub Bagian Perencanaan. (Eka)
Diposting oleh INFLAMAS RSAS
di
03.20
,
0 Comments
Diposting oleh INFLAMAS RSAS
Diposting oleh INFLAMAS RSAS
di
05.12
,
0 Comments
Diposting oleh INFLAMAS RSAS
di
05.09
,
0 Comments
Diposting oleh INFLAMAS RSAS
di
05.02
,
0 Comments
Untuk dapat menjangkau Kota Gorontalo, akses laut dengan menggunakan kapal motor dan speedboat merupakan satu-satunya alternative. Pasien yang harus mendapatkan pelayanan lebih dan harus dirujuk ke Rumah Sakit Gorontalo pun mau tidak mau harus menggunakan transportasi laut tersebut. Namun kondisi cuaca yang tidak memungkinkan kadang harus membuat pasien berlapang dada menerima pelayanan seadanya dari puskesmas.
Bdan yang dikaruniai seorang putra dan dua orang putri ini selanjutnya dipindahkan beberapa kali ke sejumlah puskesmas-puskesmas yang ada di wilayah Gorontalo. Diantaranya adalah Puskesmas Tapa, Puskesmas Mongolato, dan Puskesmas Wongkaditi secara berturut-turut mendapatkan predikat sebagai Puskesmas Teladan sejak tahun 1986.
Periode berikutnya selama dua tahun, Ratna Hala Pakaya juga mengabdikan dirinya di Rumah Bersalin Sitti Khadijah. Hingga kemudian ditempatkan di Rumah Sakit Aloei Saboe tahun 1993 hingga saat ini. Perjalanan panjang yang telah digelutinya tersebut membuahkan beberapa penghargaan yang memang pantas diperuntukkan kepadanya. Diantaranya pada tahun 1983 sebagai Pengelola KB Teladan, Predikat Bidan Teladan tingkat kabupaten tahun 1989. Dan baru-baru ini memperoleh tanda jasa Satya Lencana 30 tahun mengabdi dari Negara.
Selain menekuni dunianya sebagai seorang bidan, Ratna Hala Pakaya juga menjadi dosen pembimbing di sejumlah akademi keperawatan dan akademi kebidanan yang ada di Provinsi Gorontalo. Dalam hal ini, Ratna Hala selalu meningkatkan dan menekankan mahasiswa bimbingannya untuk tidak hanya menguasai ilmu akademiknya semata tetapi juga perlu menanamkan nilai tanggung jawab, kedisiplinan, kejujuran, dan keikhlasan kepada jiwa masing-masing mahasiswa tersebut sehingga dikemudian hari dapat mengabdikan diri dengan penuh kemanusiaan kepada masyarakat.
Ratna Hala sendiri merasa kecewa dengan keadaan lapangan yang ia lihat saat ini. Terutama di pusat-pusat kesehatan masyarakat yang ia rasa kini tak lagi dekat dengan masyarakat. Kurangnya pengayoman dari pusat-pusat kesehatan masyarakat tersebut dinilainya sebagai penyebab meningkatnya resiko kematian pada ibu.
Prinsip untuk memuaskan pasien adalah senantiasa dipegang teguh olehnya. Sehingga ia memilih 4M, yakni Memeriksa, Menolong, Merawat, Membimbing dan menyuluh untuk diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya di tempat tugas, karena diamanapun kita berada menolong orang lain sudah merupakan naluri kita sebagai manusia yang berketuhanan.
“Kesadaran dari masing-masing individu, baik itu perawat, bidan, dokter, atau pegawai di lingkungan Rumah Sakit Aloei Saboe sepertinya harus lebih menjadi perhatian masing-masing. Dari kesadaran tersebut maka akan hidup rasa tanggung jawab atas pekerjaan yang diembannya. Sehingga dengan begitu kita siap mempertanggungjawabkan semua tindak tanduk kita pada diri, masyarakat, negara, dan tentunya kepada Allah” ungkap Ratna Hala, diakhir perbincangannya dengan crue Inflamas.
BIODATA
Nama : Ratna Hala Pakaya
NIP : 140 073 056
Tempat Tanggal Lahir : Gorontalo, 16 Februari 1956
Pangkat / Gol. Ruang : Penata Tingkat I / III d
Jabatan Terakhir : Bidan Penyelia
Instansi : BP-RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Gorontalo
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kel. Bulotadaa timur Kec. Kota Utara
Kota Gorontalo
Pendidikan Terakhir : Diploma III kebidanan
Diposting oleh INFLAMAS RSAS
di
03.35
,
0 Comments
Banyak pilihan pekerjaan yang dapat menjadi tujuan cita-cita kita. Tetapi pegawai negeri sipil merupakan salah satu profesi yang selalu menjadi pilihan sebagian besar orang-orang. Tak ada salahnya dan sah-sah saja dengan pilihan tersebut. Dan untuk menjadi seorang abdi negara haruslah dibarengi dengan jiwa besar dalam mengemban tugas yang tentunya memerlukan tanggung jawab yang besar dari setiap individu-individu yang memilih menjadi pamong pada pemerintahan.
Negara sangat berterima kasih kepada abdi negara yang dengan kerja kerasnya telah mengemban tugas Negara selama bertahun-tahun. Sehingga beberapa diantara mereka layak mendapatkan penghargaan dari negara, berupa tanda kehormatan Satya Lencana 30 tahun. Berikut diantara mereka yang berkesempatan mendapatkan tanda penghormatan tersebut.
Purna Tugas Bukan Halangan, Mengabdi Untuk Kemanusiaan
Dr. Tawil Boneputra, Sp. B dari jauh tampak pasien berjubelan mengisi kursi tunggu di koridor depan ruangan OKB (Operasi Kamar Bedah) Rumah Sakit Aloei Saboe. Cat putih dinding rumah sakit ini terlihat sangat kontras dengan tirai penutup jendelanya yang berwarna violet muda. Begitu masuk ke ruangan ini tergambar jelas sebuah suasana nyaman, bersih, dan hening. Seperti itulah suasana yang ditangkap oleh crew Inflamas yang mencoba mendapatkan informasi dari Dr. Tawil Boneputra, Sp. B disela-sela kesibukannya di Rumah Sakit Aloei Saboe.
Dokter alumni Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanudin Makassar ini mengawali karirnya sebagai dokter umum di Puskesmas Bone, tanah kelahirannya.
Menuntut ilmu yang berguna adalah suatu hal yang dicintai Allah, senada dengan pepatah tuntutlah ilmu semenjak dalam buaian hingga ke liang lahat. Sepertinya dokter yang satu ini pun tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk terus menambah ilmu kedokterannya.
Naluri untuk terus mengembangkan potensi yang ada ditambah motivasi diri dan dukungan dari keluarga, dokter senior ini pun memutuskan untuk melanjutkan studinya. Spesialis Bedah merupakan pilihan mantap yang akan dilakoninya. Universitas Hasanudin Makassar kembali menjadi saksi perjalanan studinya. Setelah menyelesaikan studi spesialis bedahnya, Maret tahun 1982 ia menginjakkan kakinya di Gorontalo. Selanjutnya ditempatkan di Rumah Sakit Umum Gorontalo yang sekarang ini lebih kita kenal sebagai Rumah Sakit Aloei Saboe Kota Gorontalo. Memilih spesialis bedah sebagai pilihan studinya ternyata mempunyai alasan tersendiri. “Menjadi seorang dokter bedah, memiliki kepuasan tersendiri bagi saya. Setiap kali menyelesaikan sebuah tindakan operasi kepada pasien, saya sangat bersyukur sedikitnya dapat meringankan penderitaan mereka” ungkapnya. “Satunya lagi… profesi seorang dokter bedah tidak dapat diwakilkan kepada yang lainnya sehingga ilmu yang saya dapatkan betul-betul terimplementasi langsung kepada sasarannya” tambahnya lagi. Profesi dokter memang adalah profesi yang mulia, profesi yang tidak dapat dipisahkan dengan masalah kemanusiaan. Mengabdi lebih dari 30 tahun ternyata tidaklah sia-sia, negara menyematkan tanda kehormatan satya lencana sebagai tanda penghargaan atas sumbangsihnya kepada negara. Namun hal tersebut bukanlah akhir dari perjuangannya, sekalipun telah purna bakti ia masih tetap bersedia membantu sesama, terkait profesinya sebagai dokter spesialis bedah.
Dr. Tawil Boneputra, Sp. B mungkin merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang sukses dengan profesinya. Perjalanan panjangnya sebagai seorang dokter yang tentu saja tidak lepas dari berbagai macam aral, tak mematahkan semangatnya terus berbakti untuk kemanusiaan.
BIODATA
Nama : Dr. Tawil Boneputra, Sp. B
Nip : 140 069 111
Tempat Tanggal Lahir : Bone, 10 November 1947
Pangkat/Gol. Ruang : Pembina Utama Madya / IV D
Jabatan Terakhir : Kepala UPF Bedah
Instansi : BP-RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Gorontalo
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Imam Bonjol Kel. Limba B Kec. Kota Selatan
Pendidikan Terakhir : Dokter Spesialis Bedah
Tanda Kehormatan : Satya Lencana (30 tahun)
Diposting oleh INFLAMAS RSAS
di
03.34
,
0 Comments
Diposting oleh INFLAMAS RSAS
di
03.28
,
0 Comments
Mesjid Al-Adha yang dibangun di areal Rumah Sakit Aloei Saboe oleh Yayasan Yaphara yang diketuai oleh Adhan Dambea yang juga ketua DPRD Kota Gorontalo akhirnya resmi diserahkan ke pihak RSAS secara langsung oleh ketua yayasan, Rabu (16/1) bertempat di aula Rumah Sakit Aloei Saboe. Penyerahan sekaligus pemanfaatan mesjid Al-Adha diterima dengan penuh rasa syukur oleh Kepala Badan, Nurinda Rahim.
Bangunan mesjid ini nantinya tidak hanya akan dimanfaatkan oleh pihak rumah sakit saja, tetapi juga bagi pengunjung rumah sakit dan masyarakat sekitarnya.
Dalam kesempatan itu, dr. Nurinda menyampaikan terima kasihnya kepada Adhan Dambea selaku ketua Yayasan Yaphara, karena telah bersedia membangun fasilitas publik yang sangat vital dan seharusnya ada di dalam lingkungan RSAS. “Mesjid yang dibangun ini bukan hanya semata-mata sebagai pelengkap fasilitas rumah sakit tetapi juga sebagai sarana pemenuhan tuntutan kebutuhan batiniah kita semua kepada Allah” ungkap Nurinda.
Sementara itu Adhan Dambea mengharapkan agar keberadaan mesjid ini dapat termanfaatkan sebaik mungkin dan tentunya dapat dijaga dan dipelihara kebersihannya bersama-sama. Dalam serah terima tersebut, hadir pula beberapa aleg dewan kota diantaranya Kisman Puluhulawa, Erwin Rauf, Ridwan Podungge, Ismail Pelu, Indrawanto Hasan.
Diposting oleh INFLAMAS RSAS
di
03.27
,
0 Comments